Minggu, 29 November 2015

REBO BONTONG DI LOMBOK


                                                    REBO BONTONG DI LOMBOK




Tradisi ini merupakan salah satu tradisi khas dari Pulau Lombok. Namanya adalah Tradisi Rebo Bontong. Tradisi ini merupakan sebuah tradisi mandi bersama di sungai. Tradisi ini dilakukan sekali setiap tahun yakni pada hari Rabu terakhir di bulan Safar dalam kalender Hijriyah. Tradisi ini juga dijadikan sebagai perayaan untuk menyambut bulan Rabiul Awal (dalam kalender Hijriyah) yakni bulan kelahirannya Nabi Muhammad SAW.
Mandi merupakan simbol penyucian dalam tradisi ini. Pelaksanaannya tidak bisa dilakukan disembarang tempat. Di kawasan Lombok, tradisi ini hanya bisa dilakukan di Sungai Jangkuk yang ada di Dasan Agung, Kota Mataram, Pantai Tanjung Menangis yang ada di Pringgabaya Lombok Timur , serta di Desa Kuranji yang ada di Labuapi, Lombok Barat.


Dalam pelaksanaannya, serangkaian doa dipanjatkan terlebih dahulu. Kemudian, pemuka agama, kepala suku serta orang-orang yang mengikuti tradisi ini mengantar sesaji ke Sesangi. Sesaji tersebut berupa telur, pisang, ketan, hasil tani serta hasil laut sebagai simbol rasa syukur dan permohonan kepada Sang Pencipta untuk memohon perlindungan dari segala bentuk bencana ke tengah laut. Barulah setelah itu, masyarakat yang mengikuti tradisi ini turut melakukan pembersihan diri dengan mandi di tempat yang telah ditentukan.
Oleh pemerintah setempat, tradisi ini dijadikan sebagai salah satu ikon pariwisata di Lombok. Sehingga tak mengherankan saat tradisi ini berlangsung, banyak wisatawan baik lokal maupun  mancanegara yang datang untuk menyaksikan jalannya tradisi.







NYELAMAQ LAUQ DI TANJUNG LUAR LOMBOK


                                   NYELAMAQ LAUQ DI TANJUNG LUAR LOMBOK





Sebuah acara kuno digelar besar-besaran di Tanjung Luar, Pulau Lombok. Tanjung Luar selama ini dikenal sebagai salah satu pendaratan ikan terbesar di Pulau Lombok, sempat terjadi pembicaraan besar di media sosial akibat banyaknya gambar tentang ikan-ikan hiu yang didaratkan oleh masyarakat nelayan di daerah ini. Masyarakat Tanjung Luar memang merupakan masyarakat ‘laut’ yang terdiri dari empat suku besar; Bajo, Mandar, Bugis, dan Makassar. Singkat kisah ‘melebur’ bersama masyarakat Tanjung Luar merayakan tradisi lama yang dibangkitkan kembali ini. Kenapa menggunakan kata ‘dibangkitkan’ kembali sebenarnya bukan karena tradisi ini pernah ‘mati’. Nyalamaq di Lauq dirayakan lebih untuk kalangan sendiri.


Kini tradisi ini sengaja dibuka seluas-luasnya sebagai perwujudan niat untuk menempatkan Tanjung Luar di peta pariwisata Lombok yang memang berkembang pesat. Secara umum acara ini terdiri dari dua rangkaian utama: arak-arakan keliling kampung mengarak kerbau selama tiga hari penuh, dan kemudian puncaknya adalah larung laut, dan diakhiri dengan ‘perang’ air.  Sudah ada kemajuan dari beberapa sesepuh masyarakat, bahwa hanya dengan keterbukaan maka mereka akan mendapatkan perhatian baik itu dari masyarakat luas dan pemerintah. Sehingga nama Tanjung Luar tidak hanya dikenal sebagai tempat pendaratan ikan saja tetapi bisa menjadi alternatif wisata bahari di Pulau Lombok . "Nyalamaq Lauq". adalah sebuah acara tradisional di Tanjung Luar Lombok, terkesan dengan semangat generasi ‘muda’ Tanjung Luar untuk membawa tradisi ini menjadi lebih terbuka. Namun di sisi lain ada sedikit kekecewaan dengan kekakuan para ‘orang tua’ yang menginginkan tradisi ini berjalan ‘misterius’ dan tertutup seperti dahulu.. Meski ada kompromi yang kami harapkan, kondisi ini menyadarkan saya bahwa masih perlu waktu untuk membuat tradisi ini lebih terbuka, lebih cair, dan lebih menghibur banyak orang.


Beberapa fenomena supranatural yaang terjadi dengan masyarakat ketika perhelatan ini digelar dengan tradisi turun temurun dari nenek moyang ,yang merupakan warisan budaya leluhur yang harus dilestsrikan,Banyak sekali terlihat orang kesurupan dalam acara ini,yang dimasuki oleh  roh-roh pemelihara laut,dan hal ini yang sering terjadi ketika diadakan upacara Nyelamq Lauq di Tanjung Luar. Acara yang penuh dengan fenomena sakral ini membuat acara ini kental dengan mistis,hal hal bersifat gaibpun terus terjadi ,sehingga acara ini menjadi unik dan tidak terdapat di tempat lain.



Nyalamaq di Lauq sendiri awalnya adalah tradisi masyarakat Suku Mandar yang dibawa ke Tanjung Luar oleh para pelaut Mandar yang membangun komunitas di Tanjung Luar, Lombok. Tradisi ini jika dilihat kembali ke masa silam, adalah cara masyarakat Mandar mengusir penyakit ataupun menolak 'bala' yang menyerang desa mereka di Mandar sana (Sulawesi Barat). Dalam perkembangannya Tanjung Luar kemudian berkembang pesat dengan beragam etnis, paling besar kini adalah masyarakat Suku Bajo. Tradisi ini kemudian 'diteruskan' oleh orang-orang Bajo. Ada percampuran banyak hal jika saya amati sekilas dalam pelaksanaan tradisi ini. Ada nuansa religinya dan juga ada nuansa kuat magis dalam acara ini. Beberapa yang terlihat sekilas oleh mata menjadi lebih membuat suasana semakin sakral . Orang-orang yang kesurupan yang dimasuki oleh roh roh gaib tersebut, bisa 'mendikte' para tokoh masyarakat dan bahkan juga sandro (dukun) yang menjalankan upacara dalam bahasa yang tidak mengerti. Mereka bisa marah-marah jika pelaksana upacara dianggap lamban dan atau keliru tentang sesuatu. Orang-orang kesurupan ini juga yang mengarahkan perahu larung yang akan membuang kepala kerbau di tengah laut, padahal titiknya secara penglihatan mata sudah jelas-jelas ditandai dengan bendera. Namun ritual ini harus mengikuti petunjuk arah dari orang kesurupan ,itulah sebuah keunikan nyelamaq Lauq di Tanjung Luar Lombok.

TARI GANDRUNG LOMBOK


                                                        TARI GANDRUNG LOMBOK



Tari Gandrung adalah seni tari asal Lombok yang populer di kalangan suku Sasak. Tari Gandrung juga disebut dengan Jangger. Beberapa sejarahwan mengatakan bahwa tari gandrung sudah ada sejak zaman Erlangga di Jawa Timur.
Tari ini lahir dalam keadaan saat tersedia perangkat gameran untuk menghibur para prajurit yang pulang dari medan perang. Pada saat itu prajurit ingin bergembira dan bersukaria, lantas datanglah seorang wanita cantik yang menari dan mengajak para prajurit yang dikehendakinya untuk menari. Acara ini terus berlanjut dengan penari yang berganti-ganti dan mengajak satu per satu prajurit itu menari bersama. Tari Gandrung biasanya dilakukan pada sebuah arena yang dikelilingi penonton. Diantara penonton tersebut adalah sekaligus sebagai calon penari Gandrung. Dalam bahasa Sasak disebut dengan “pengibing” atau “ngibing” yang berarti menari.


Secara umum tari gandrung terdrii dari 3 bagian yakni bapangan, gandrangan dan parianom. Bapangan adalah bagian dimana penari Gandrung digambarkan sedang memperkenalkan diri kepada penonton dengan mengitari arena tempat ia menari. Selanjutnya adalah gandrangan yakni saat penari dengan gerakan lincah mengitari arena dengan kipas di tangan seperti burung elang yang mengincar mangsa. Biasanya penonton di barisan depanlah yang dilirik oleh penari, selanjutnya ia akan memilih satu penonton untuk menemaninya menari dengan cara menyentuhkan atau melemparkan kipasnya pada seorang atau lebih untuk menjadi pasangan menari. Gerakan sentuhan kipas ini disebut dengan tepekan. Bagian yang ketiga adalah parianom yakni saat tarian hanya diiringi redep dan suling, dibantu dengan suara gendang, petuk, rincik dan gong. Dalam bagian ini penari Gandrung akan melengkapi tariannya dengan nyanyian yang disebut dengan besandaran.


Penyebaran tari Gandrung di Lombok cukup merata terlihat dari berbagai aliran tari gandrung. Seperti Gandrung Bertais dari daerah Bertais dan Dasan Tereng yang masih mempertahankan keaslian tradisi tari Gandrung.
Peralatan musik yang biasanya digunakan untuk mengiringi tari Gandrung disebut dengan gamelan dengan ragam yang mengalami perubahan dari masa ke masa. Nah, menariknya, pada awal dipentaskan di depan khalayak, tari Gandrung dimainkan oleh penari pria. Tetapi kemudian kini dimainkan juga oleh penari wanita. Nah, tarian ini biasanya dipertunjukkan saat musim panen.

TARI GEGEROK LOLOAN BAYAN


                                       



Gegerok Tandak pada dasarnya berasal dari kata Barung dan Tandak. Barung artinya bareng atau bersama, sedangkan Tandak artinya metandang atau menari. Jadi Gegerok Tandak merupakan tarian yang dilakukan secara bersama.

Tarian Gegerok Tandak ini diartikan sebagai hiburan dengan perumpamaan binatang, karena sifat manusia yang selalu mengusik atau menggaggu merupakan sifat dari binatang, bukan sifat asli manusia. Perumpamaan binatang ini diambil dari jenis :

a.    Babi identik dengan kata-kata MM
b.    Burung Gagak dengan kata-kata Nyuk-nyuk
c.    Kera dengan kata UU………………..

Gegerok Tandak merupakan jenis tarian yang pertama kali ada dalam wilayah Bayan, tanpa
menggunakan alat musik. Gegerok Tandak ini diperkirakan terbentuk sejak adanya islam di Bayan, hal ini disimpulkan dari fungsi Tarian Gegerok itu sendiri yang hanya digunakan untuk Ritual hitanan (sunatan).




Orang pertama kali yang memainkan adalah orang dari garis keturunan Loloan Kecamatan Bayan,Kabupaten Lombok Utara , dan orang tersebut tidak diketahui nama lengkap dan tahun berapa kejadiannya. Berdasarkan keterangan yang memiliki garis keturunan tersebut adalah Amaq Nursawi, yang diketahui kakek dari Nitralip , dan diperkirakan hidup sekitar 1,5 abad yang lalu.

Alasan dibuatnya tarian Gegerok Tandak adalah untuk mensukseskan prosesi kitanan. Dimana setiap orang yang melaksanakan qhitanan selalu mengundang keluarga besar dan para tetangga dan sahabat. Banyaknya orang yang hadir terkadang membuat prosesi qhitanan sedikit terganggu, hal ini disebabkan keinginan para keluarga melihat langsung acara tersebut, sehingga berdesakan. Faktor  inilah yang menjadi alasan Tarian Gegerok ini dibuat ungtuk mengelilingi setiap prosesi inti supaya tidak terganggu oleh masyarakat banyak atau keluarga yang hadir.


Tarian Gegerok hanya digunakan pada saat ritual hitanan secara adat, dimana acara hitanan dengan malakukan prosesi majang. Majang merupakan menghiasi berugak dengan menggunakan kain oleh para pranata adat.Waktu dimainkan selain majang yaitu saat hitanan dan melusut. Melusut yaitu membuka kembali kain yang digunakan untuk menghiasi berugak. Jadi selama prosesi hitanan dimainkan selama 3 kali.

Pantun merupakan salah satu bentuk atau cara yang dianggap memiliki nilai seni dalam bahasa untuk menyampaikan niat kita kepada seseorang, baik niat yang sifatnya memberi nasehat, sindiran dan lain-lain.

Dalam istilah lokal, pantun disebut dengan “Onceq”. Jenis pantun yang digunakan bebas, bisa berupa nasehat atau lain sebagainya tergantung dari tujuan para peserta Gegerok Tandak itu sendiri.

Yang terlibat dalam tarian Gegerok Tandak ini adalah orang laki-laki yang ikut dalam acara qhitanan, yang menjadi paling inti adalah orang sebagai memimpinnya yang paling depan harus dari garis keturunan Gegerok Tandak (garis keturunan Loloan), sementara lainnya bebas.

Jumlah personil minimal 4 orang, maksimalnya sebanyak –banyaknya. Jumlah minimal tersebut, 1 orang sebagai pemimpin dan 3 orang lainnya sebagai pengiring. Jumlah maksimal yang dimaksud sebanyak-banyaknya adalah orang yang paling belakang sebagai peserta jangan sampai bertemu dengan pemimpinnya untuk mengelilingi berugak yang dipajang, jumlahnya sekitar 25 orang yang paling banyak.

Ada dua bagian proses dan tugas yang dilakukan dalam gegerok tandak, yaitu sebagai lawas dan Onceq.

a.    Lawas, merupakan orang sebagai pemimpin dalam barisan. Tugasnya adalah sebagai pembuka tarian dengan menggunakan tembang dan juga mengatur barisan para peserta lainnya yang terkait dengan arah dan langkah.

b.    Onceq, merupakan orang yang melawas atau mengungkapkan pantun secara bergantian. Hal ini dilakukan oleh siapa saja yang ikut dalam Tarian Gegerok tersbut, baik yang sebagai pemimpin maupun pesertanya.

Filosofinya Gegerok Tandak yaitu rasa kegotong royongan, berat sama dipikul dan ringan sama dijinjing. Hal ini dibuktikan dengan berisan yang tidak boleh terputus, selalu berdekatan. Orang yang selalu berdekatan ini menunjukan kita tidak boleh putus hubungan silaturrahmi antar sesama, sehingga setiap beban yang dirasakan oleh orang lain kita harus bisa membantu sesuai dengan kemampuan. Begitu juga dengan kebahagiaan yang kita rasakan harus bisa dinikamti bersama.

MAULID ADAT SEMOKAN BAYAN


                                      MAULID ADAT DESA SEMOKAN BAYAN




Masyarakat dusun adat semokan Desa Sukadana Kecamatan Bayan Kabupaten Lombok Utara saat ini  mengadakan  ritual adat maulid adat.Acara ini tergolong masih sakral jauh dari segala hal yang berbau modern.

Desa semokan merupakan salah satu dusun terpencil yang terletak di desa Sukadana Kecamatan Bayan Lombok Utara. Seperti kita ketahui bahwa Bayan merupakan pusat tradisi kebudayaan kuno di Pulau Lombok. Diantara semua tradisi yang paling menonjol kita dengar adalah Maulid Adat. dalam prosesi adat di Semokan dilakukan betul-betul berbeda dengan prosesi adat yang dilakukan di tempat lain. Setiap warga atau masyarakat yang datang ke Semokan harus mematuhi peraturan-peraturan yang sudah ditentukan oleh para pemangku adat. Aturan-aturan yang dibuat harus diikuti dan ditaati oleh setiap warga adat dan pengunjung. Metode ini dilakukan agar tidak ada terjadi hal-hal yang tidak diinginkan karena maulid adat di Desa Semokan ini masih dibilang sakral dan  jauh dari sifat modernisasi.

Setiap orang yang datang baik warga dan pengunjung diwajibkan menggunakan pakaian adat, yang laki-laki harus menggunakan kain songket, dan sapuk. para wanita diibaratkan seperti bidadari tanpa menggunakan baju, namun menggunakan stagen untuk mengikat kain dan penutup bagian dada dan dilengkapi dengan selendang sebagai pelengkap. sebagai bentuk kesakralan dusun semokan, setiap laki-laki dan wanita yang datang tidak diperbolehkan menggunakan celana atau celana dalam bentuk apapun selain songket serta tidak di perbolehkan untuk memakai sandal.

Setelah semua persiapan dilakukan oleh pengunjung yang datang dari luar baik itu untuk liputan atau hanya sekedar menyaksikan, harus melakukan beberapa perosesi ritual untuk dapat mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir. ritual pertama yang dilakukan oleh pengunjung dari luar desa adalah besuci "bebersin" yaitu bersuci dengan cara berkumur, mencuci muka dan kaki di sumur menggunakan cedok tempurung kelapa, "sumur pembersih" ada disungai jalan masuk meuju kampu atau rumah adat. setelah bersuci, barulah di lanjutkan ritual kedua yaitu" bsembeq" memberikan tanda di dahi pengunjung atau warga adat dengan menggunakan pamak yang berwarna merah. 

Dalam ritual menyembeq  ini pengunjung harus melalui tiga tahapan, yaitu melewati tiga rumah adat dan didalam tiga rumah itu ada tiga kepala keluarga yang akan kita lewati agar pengunjung luar bisa mengikuti rangkaian acara adat yang sudah di tetapkan. kepala keluarga itulah yang nantinya akan memberikan sembeq kepada orang luar yang ingin menyaksikaan maulid adat tersebut. setelah kita di sembek oleh tiga pemangku rumah adat, maka dengan itu kita sudah diberikan izin untuk menyaksikan atau meliput kegiatan adat tersebut. sebelum pada tahap penyembeqan maka dalam tiga rumah adat itu memiliki pemangku yang berbeda-beda,


Setelah kita mendapat restu dari tiga pemangku rumah adat itu, maka kita sudah termasuk dalam adat tersebut dan wajib hukumnya kita mematuhi peraturan yang berlaku. adapun hal yang paling dilarang dalam perosesi adat itu iyalah berjualan, karena apabila ada salah seorang yang kedapatan berjualan maka hukumnya adalah denda satu ekor kerbau. aturan itu melarang berdagang karena menurut kepercayaan mereka, kita adalah sama tidak ada bupati, gubernur dan bahkan presiden sekalipun. apabila dia memasuki wilayah adat yang disebut dengan kampu maka ia harus mentaati aturan yang sudah berlaku.

Adat atau tradisi yang ada di Semokan Desa Sukadana ini masih tergolong di sakralkan dan akan terus dilestarikan itulah sebabnya diadakan peraturan hingga membatasi pengunjung dalam mendokumentasikan kegiatan, meliput, merekam bahkan mencari informasi yang dalam mngenai adat setempat untuk dijadikan konsumsi publik. tujuan mereka adalah agar budaya adat yang ada disana  tidak ada campur tangan orang luar yang bisa mengakibatkan adat tersebut hancur.

Ketika semua perosesi Sembean pengunjung direstui oleh pemangku, maka barulah kita bisa ikut menyaksikan  perosesi adat. ada banyak sekali perosesi ritual adat yang ada pada acara maulid adat ini namun orang-orang adat yang ada disana sangat membatasi informasi untuk setiap pengunjung dan bahkan menyorot kamera bahkan alat perekam  yang dibawa oleh orang luar. dalam pengambilan gambarpun  kita dibatasi sekitar empat atau lima foto, tanpa menggunakan flash dimalam hari karena dihawatirkan dapat merusak konsentarasi saat menjalani perosesi adat.

Ada beberapa desa juga mengadakan acara Maulid Adat di kecamatan bayan pada hari yang sama diantaranya adalah Semokan, Anyar, Senaru, karang bajo dan desa Bayan. karena menurut kepercayaan wargga setempat bahwa semua desa tersebut merupakan satu kesatuan wilayah adat yang dikenal dengan Masyarakat adat Bayan.

Dalam memiliki informasi mengenai adat, ada beberapa hal yang dapat kami rubrik. mengenai semua rangkaian upacara adat di Semokan. diataranya adalah sebagai berikut;
"Kampu" merupakan sebuah rumah adat yang yakini sebagai area atau tempat pertama kali di diami atau ditinggali oleh suku sasak islam di desa bayan.  dirumah adat itulah warga adat menyerahkan hasil panen dan ternaknya yang disertakan dengan nazarnya. warga adat menyerrahkan semua hasil panennya kepada inan mniq.
"Inan mniq" yaitu  salah seorang permpuan yang di percaya untuk menerima dan mengolah hidangan  yang disajikan kepada para kiyai, penghulu dan tokoh adat saat hari puncak perayaan maulid adat.


Setelah  semua itu dilaksanakan barulah warga adat bahu membahu membersihkan tempat gendang atau gerantung (alat musik tradisional, gong) yang akan disambut oleh sebagiaan kelompok adat. Setibanya gendang gerantung pada tempat yang disediakan. gong gerantung yang dimainkan akan dimainkan secara terus- menerus tampa henti, karena apabila gong berhenti semua warga adat yang datang di areal rumah adat itu harus pulang, karena konon kalau gong itu berhenti akan ada terjadi hal-hal yang tidak kita inginkan. acara ritual dilanjutkan dengan selamatan penyambutan dan serah terima dengan ngaturan lekes buak (sirih dan pinang) sebagai tanda taikan mulud atau Rangkaian Maulid Adat di mulai. sekitar pukul 15.30 Wita. Waktu itu dinamakan dengan "Gugur Kembang Waru".

Ketika pukul 02.00 Wita semua peraja mulud berkumpul dihalaman masjid kuno diadakan upacara perisaian yang umumnya kita lihat, namun di Semokan ini tata cara perisaian dan waktunyapun beda pada dari yang pernah kita lihat. alat perisai yang digunakan berbentuk bulat seperti perisai jaman dahulu dan dilengkapi rotan sebagai pemukul pada umumnya. namun yang sangat menganjal adalah kenapa perisaian diadakan tengah malam.dan rata-rata yang kita lihat semua yang pernah mengikuti pertandingan perisaian itu senang dengan luka memar ditubuhnya.
tanpa  merasa dendam atau menimbulkan pertikaian setelahnya. acara berlanjut sampai pagi.

Paginya acara dilanjutkan dengan bersih-bersih dan setelah kira-kira pukul 14.00 baru dilanjutkan dengan acara "Bisoq Meniq" acara ini dilakukan oleh para wanita yang sedang dalam keadaan suci (tidak haid). saat melakukan ritual bisok meniq ini disepanjang jalan berpantangan untuk berbicara atau berbisik-bisik, tidak boleh menoleh dan mematahkan barisan. Setelah beras dicuci barulah dimasak menjadi nasi. Disaat yang bersamaan laki-laki memotong hewan kurban  60 ekor kambing dan dua ekor kerbau sebagai lauk pada hidangan malam terakhir.

Acara puncak dari semua rangkaian kegiatan dilaksanakan pada hari rabu pukul 03.00 Wita dini hari.  warga yang berbondong-bondong untuk bisa ikut pada ritual terakhir itu sampai rela datang dari jam 20.00 malam agar tidak ketinggalan saat acara puncak berlangsung.  acara terakhir adalah acara yang paling disakralkan oleh warga masyarakat adat karena menurut kepercayaan masyarakat pada saat pembagian hidangan mulud disitulah Wong Skabeh dipanggil untuk ikut merayakan pesta adat tersebut.

Pada saat malam puncaknya tiba, barulah semua orang yang tidur dihalaman kampu dibangunkan, selang beberapa menit setelah bangun. orang-orang yang ada disana di perintahkan untuk duduk tanpa terkecuali.  barulah dilanjutkan dengan pembagian Ancak atau hidangan makan  untuk semua orang yang hadir.
"Ancak"yaitu tempat yang di rancang dan dibentuk sedemikian rupa untuk dulang atau hidangan makanan, bentuknya persegi empat yang tebuat dari bambu yang diulat. daun pisang untuk melapisi nasi agar tidak cepat dingin dan pada atas hidangan terlihat tali yang menyila dari sudut kesudut ancak persegi empat.

Setelah semua Ancak dibagikan rata ke setiap pengunjung, barulah dimulai perosesi doa, ini merupakan acara yang paling sakral karena semua makhluk dihadirkan untuk bisa ikut berdoa. semua orang merasakan angin kencang sembari menunggu doa dipanjatkan. pada saat do'a dimulai suara Amin Menggema tanpa kita tahu darimana arah semua suara itu. Hembusan Angin Yang melingkar disekitaran hutan mengelilingi rumah adat menandakan bahwa semuua makhluk itu hadir.
Ini memang terlihat aneh tapi nyata, oleh sebab itulah kita dibatasi didalam menggali informasi lebih jauh dan  mendokumentasikan gambar sebanyak-banyaknya sesuka kita sebagai orang luar yang menyaksikan adat tersebut. karena di Smokan Inilah salah satu desa adat yang tidak boleh dijadikan destinasi wisata dan smua orang luar yang mencari informasi baik itu belajar, tidak boleh menceritakan atau mempulikasikan berita tentang adat yang ada di Semokan.

OPAK OPAK DAN PLECING KANGKUNG

                                       
                                           OPAK-OPAK DAN PLECING KANGKUNG




Kabupaten Lombok Utara memliki kekayaan kuliner khas yang tidak ditemukan di tempat lain, sebut saja sate ikan khas Tanjung, Pepesan Ikan,dan makanan ringan "unik" berbahan baku ubi   kayu  yang rasanya sangat enak gurih dan renyah yaitu Opak-Opak,yang merupakan kuliner non beras.    Adapun Jenis kuliner tradisional ini hanya bisa ditemukan di  Pemenang, Tanjung,dan Gondang.
Cara membuat opak-opak relatif sederhana, hanya menggunakan bahan baku ubi kayu  yang  dikupas kemudian diparut, selanjutnya diperas untuk mendapatkan tepung kanjinya.
Bahan kanji tersebut kemudian dimasak dan dicampur dengan santan kelapa serta garam secukupnya  hingga berbentuk lem. vDalam keadaan hangat dituang ke dalam cetakan dari piring seng dan setelah dingin  akan  menjadi  kerupuk  tipis  berbentuk  bundar.  Selanjutnya dijemur hingga kering menjadi sejenis kerupuk tipis berbetuk  bundar yang  oleh  masyarakat Lombok   Utara  dinamakan opak opak Opak opak kering  kemudian dipanggang  di atas bara api dan selanjutnya  sehingga  matang dan siap dinikamti bersama pelecing kangkung, pecel, urap, sate ikan atau sate daging.   Namun biasanya opak
ini dijadikan sebagai piring tempat menyajikan pelecing yaitu kuliner khas sasak yang sangat familiar
di bumi Lombok.  Dan uniknya opak opak yang dijadikan piring atau wadah tempat menaruh  plecing
ikut disantap bersama,sehingga membuat sensasi tersendiri dalam rasa dan cara penyajiannya. Bumbu pelecing, urap atau bumbu sate yang membasahi dan menyatu dengan opak-opak  itu akan menambah lezatnya jenis penganan tradisional khas Lombok Utara ini.



Jenis kuliner khas daerah yang dikenal dengan "Dayan Gunung" ini merupakan makanan ringan yang banyak dijual di Pemenang ,Tanjung,Lekok,dan Gondang,sehingga cukup mudah untuk mendapatkan
kuliner ini bagi yang berminat untuk mencicipi rasa dan sensasinya, Sejalan dengan kian berkembang nya  sektor pariwitsata di kabupaten bermoto "Tioq Tata Tunaq",  opak-opak  tersebu t kini  dijual   di sejumlah objek wisata, seperti di Gili Trawangan, Gili Meno dan Gili Air.




Sejak beberapa tahun ini opak-opak telah menjadi bagian dari wisata kuliner,  karena  ternyata  selain wistawan domestik turis mancanegara juga cukup menggemari jenis  makanan  khas  yang hanya bisa ditemukan di Kabupaten Lombok Utara ini. Di obyek wisata  yang ramai dikunjungi wistawan manca negara maupun nusantara ini selain bisa ditemukan  makanan khas barat,  seperti  burger,  hotdog dan pizza, juga makanan tradisional yang bahan baku utamanya dari ubi kayu yang dikenal  dengan  nama
Opak Opak ini.Para penjual opak-opak di objek wisata Gili Terawangan, Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, mengakui  bahwa wisatawan nusantara maupun wisman sering membeli opak-opak untuk dinikmati sambil duduk di pinggir pantai.Mereka mengaku  memiliki  cukup   banyak langganan turis asing, antara lain  asal Amerika, Australia dan Korea Selatan, selain wisatawan dari   berbagai daerah di Indonesia yang suka membeli dan menikmati Opak Opak dengan  Plecing  Kangkungnya,



Sabtu, 28 November 2015

PEMAKAIAN SAPUK DAN JONG DI BAYAN


                                          PEMAKAIAN SAPUK DAN JONG DI BAYAN




Setiap dearah memiliki adat dan tradisi yang berbeda-beda, begitu juga dengan busana adat yang dipakainya seperti ikat kepala bagi laki laki (sapuk) dan ikat kepala bagi perempuan yang dikenal dengan sebutan “Jong”. Sapuk dan Jong dalam masyarakat adat Bayan pada umumnya, digunakan pada saat ada ritual adat tertentu dan ditempat tertentu juga,Lalu kapan dan dimanakan sapuk dan jong ini digunakan,
Penggunaan Jong Bayan yang di pakai oleh kaum perempuan digunakan pada saat acara sareat maulid adat yang ketika menumbuk padi di rantok besar yang terbuat dari kayu seperti sampan. Pada ritual acara maulid adat ini kaum perempuan yang berada di kampung Karang Bajo, kampung Bayan Timur, kampung Bayan Barat dan kampung Loloan. Kecamatan Bayan Lombok Utara harus menggunakan jong yang dibuat khusus secara tradisional yang dikenal dengan nyesek.
Jong Bayan ini ada yang berwarna merah dan ada juga yang berwarna biru, tergantung selera warna masing masing pemakai,Jong ini hanya berukuran 50 cm yang bentuknya segi tiga lancip, dengan suku cadangnya dapat di peroleh di beberapa pengerajin nyesek (setuk Jajak Bilang Bale) di Bayan dengan harga terjangkau untuk umum.


Sementara cara menggunakan sapuk atau jong menurut Kades Karang Bajo, Kertamalip, berbeda-beda tergantung pada saat ritual adat yang dilaksanakan. Secara umum, sapuk digunakan dengan ikatan di bagian depan kepala (kening) yang biasa digunakan pada acara gawe urip ( hidup ). Ikatan sapuk hanya bisa digunakan pada bagian belakang pada saat gawe pati ( ritual kematian ), sementara diluar ritual tersebut ikatannnya harus di depan seperti Nyongkolang, kecuali para Pemangku dan Kyai.
Sapuk atau ikat kepala ini memiliki banyak jenis, Dan jenis yang digunakan itu tergantung dari posisi atau jabatan pemakainya dalam pranata adat.
Sapuk berwarna biru digunakan oleh Mak Lokaq Perumbaq yaitu, Perumbaq Daya, Perumbaq Tengaq (Maq Lokaq Gantungan Rombong), dan Perumbaq Lauk. Warna biru ini diyakini oleh masyarakat adat sesuai dengan warna langit, yang bisa mengayomi setiap makhluk hidup di bumi,Sehingga perumbaq ini diharapkan bisa memberikan pengayoman kepada masyarakat adat dan lingkungannya, baik di daerah hutan, masyarakat adat maupun untuk perairan atau laut.
Sementara sapuk berwarna putih digunakan oleh para Kyai Adat dan Pemangku, yaitu Kyai Penghulu, Kiyai Lebe dan Kiyai Santri.dan juga untuk amak Lokaq.
Kiyai Penghulu, Kiyai Lebe dan Kiyai santri merupakan tokoh agama yang memiliki tugas sama dengan pemangku yang lainnya yaitu untuk memberikan pencerahan kepada masyarakat adat juga masyarakat umum. Sapuk yang berwarna putih ini menunjukan kesucian dan kebersihan hati dari para Kyai dan pemangku sebagai tokoh dan suritauladan bagi masyarkat adat.



Sapuk batik warna warni ini di gunakan oleh masyarakat adat secara umum,Ada juga pejabat adat yang menggunakan sapuk batik ini, seperti Pembekel yang ada di setiap komunitas masyarakat adat. Sapuk batik yang memiliki banyak warna ini juga memiliki banyak arti bagi masyarakat adat Bayan yaitu kehidupan yang bermacam-macam, baik dari pekerjaan maupun garis keturunan adatnya.
Kertamalip mengharapkan kepada semua masyarakat adat agar dalam melaksanakan ritual adat atau acara urip agar budaya dan busana yang telah di tinggalkan oleh para tetua [leluhur] tetap dilestarikan sehingga tidak hilang begitu saja

Jumat, 27 November 2015

MUSIK SEMPRONG


                                             MUSIK SEMPRONG





Di pulau Lombok, yang mayoritas dihuni oleh suku sasak, ada sebuah kesenian tradisional yang keberadaannya hampir punah, yaitu kesenian musik Semprong. Mungkin tak banyak yang tahu tentang kesenian yang satu ini.Pada dasarnya musik yang mempergunakan bambu sebagai alatnya.Ada tiga alat musik utama yang digunakan, yaitu semprong, suling dan pengkelek hujan. Ada dua jenis semprong yang digunakan yaitu berukuran besar dan kecil. Semprong kecil yang berukuran 80 cm dibuat dari kayu selelo, sementara semprong besar yang berukuran satu meter lebih menggunakan bambu sentul yang berbuku panjang. Bambu tersebut kemudian dibentuk seperti terompet. Dipilihnya bambu jenis selelo dan sentul ini, karena kedua jenis bamboo inilah yang mampu menghasilkan nada dengan baik. 


Tamborin alat musik Semprong ini dinamakan Pengkelek hujan, berbahan baku sama, bambu. Suara gemerincing yang dihasilkan bukan dari lempengan besi yang disatukan layaknya tamborin, tetapi dari tulang-tulang binatang buas yang dimasukkan kedalam bambu pengkelek hujan. Kumpulan tulang binatang seperti tulang buaya, macan, ikan hiu, dan berbagai tulang binatang buas lainnya itu, dipercaya sebagai mantra yang menyampaikan pesan ke langit agar hujan turun, karena bagi masyarakat sasak, dijaman dahulu, musik semprong merupakan musik pemanggil hujan.
“Semprong menghadirkan nada penghormatan kepada alam, sehingga mampu menghadirkan berbagai nada yang mencitrakan tunduk pada alam, seperti suara ombak, suara pemujaan, suara binatang seperti anjing, dan berbagai suara alam yang lain” terangnya kembali.Memang bila disimak alunan nada yang dihasilkan, mampu menggiring imajinasi untuk berkelana menembus ruang dan waktu. Seakan berjalan di tengah hutan seraya mendengarkan orkestrasi alam yang megah, hingga sesekali diajak untuk menembus lautan, mendengarakan lantunan nada dari gemericik ombak yang menghempas lautan, atau Susana pedesaan yang penuh dengan ketenangan dan sangat bersahaja. Sebuah visualisasi yang tercipta dari lantunan nada musik semprong.Mendengarkan musik semprong, tidak semudah memainkannya. Dibutuhkan kiat khusus untuk menghadirkan untaian nada. Hal inilah yang menjadi salah satupenghambat proses regenerasi di kesenian yang satu ini, walaupun hal tersebut bukanlah sesuatu yang vital, karena semua memang memerlukan proses pembelajaran.“Semprong menghasilkan nada bass di setiap tiupannya. Dan untuk meniup alat ini tidaklah gampang, karena menggunakan rongga diafragma, atau nafas dada dan tenggorokan, agar menbciptakan harmonissasi dengan alat lainnya, yaitu suling denngan pengkelek hujan,

KERAJINAN TANGAN MASYARAKAT SADE



                                      

                                          KERAJINAN TANGAN MASYARAKAT SADE




Masyarakat sade yang dikenal sebagai suku sasak asli pola hidupnya terisolasi dari luar dan penuh kesederhanaan ,namun memilki daya kreatifitas yang tinggi mampu mengolah hasil kekayaan alam seperti:kayu,bambu,jerami menjadi kerajinan tangan yang unik,rumah,lumbung dan lainnya dan kesemuanya itu diolah secara tradisional.Masyarakat Sade sungguh kreatif bahkan hampir semua penduduk Sade mampu membuat aneka kerajinan tangan seperti patung khas suku sasak,gelang,cicin,kalung,gantungan kunci yang terbuat dari tanduk kerbau pilihan yang diolah sedemikian rupa kemudian juga diberi warna-warni yang menarik yang didominasi warna coklat.



Kerajinan tangan yang dilakukan masyarakat Sade patung khas Sade misalnya bentuknya cukup unik kecil memanjang tidak seperti patung umumnya Kerajinan tangan yang menarik didusun sade ialah kerajinan kain tenun lombok atau songket.Kain tenun ini terbuat dari bahan dasar kapas pilihan kemudian diolah dengan menggunakan alat tenun juga terbuat dari bambu dan kayu pilihan kemudian dibentuk sedemikian rupa sehingga membentuk alat tenun yang unik,sederhana siap untuk dipergunakan membuat aneka tenunan khas lombok.



Pada awalnya pengrajin tenun Sade hanya membuat kain tenun saja,tetapi seiring perkembangan zaman mereka akhirnya membuat baju,sarung,sajadah dengan desain unik khas Sade.Proses pembuatan tenun khas Lombok yang mengandalkan peralatan tradisional membutuhkan waktu cukup lama tergantung jenis kain yang akan dikembangkan terkadang 1 minggu sampai 2 minggu ,meskipun pengerjaannya tradisional ,namun memiliki nilai seni dan kualitas yang cukup baik tak kalah dengan kualitas tenun daerah lain.Aneka kerajinan yang berkembang didesa Sade mampu memberi nilai ekonomi bagi masyarakat dan memperdayakan pekerja perempuan menjadi lebih bermartabat dan terarah pola pikirnya.



Kerajinan tangan didesa Sade belum sepenuhnya berkembang dengan baik mengingat pemasarannya masih terbatas dilingkungan desa Sade sehingga belum memiliki pangsa pasaran tetap diluar Sade dan masyarakat Indonesia pun belum banyak mengenal produk kerajinan Sade secara menyeluruh mengingat miskinnya promosi yang dilakukan masyarakat bersama pemerintah setempat.Kerajinan tangan Suku sasa didesa Sade pada dasarnya juga merupakan industri kecil yang sudah sewajarnya mendapat perhatian dari pemerintah setempat paling tidak pelatihan maupun pembinaan secara intensif mengingat hasil kerajinan suku sasak didesa Sade memiliki nilai seni serta nilai ekonomi yang tinggi .


Tidak pungkiri memang kerajinan tangan suku Sade telah dikenal wisatawan saat mereka mengunjungi desa wisata ini ,namun hanya dilingkungan wisatawan yang berada dan berwisata didaerah lain sementara wilayah lain diluar lombok belum mengenal bahkan ada yang sama sekali tidak mengenalnya



BEBALUNG MASAKAN KHAS LOMBOK



                                            BEBALUNG MASAKAN KHAS LOMBOK




Banyak yang mengira Bebalung adalah makanan seperti halnya gulai atau soto daging. Sekilas memang wujudnya mirip dengan makanan-makanan itu, namun Bebalung justru mempunyai makna alias arti yang berbeda dengan yang banyak dipikirkan oleh orang kebanyakan. Makanan khas Lombok ini dalam bahasa Sasak berarti “tenaga”. Karenanya masyarakat setempat mengartikan setelah makan Bebalung akan semakin bertenaga dan menumbuhkan vitalitas. Menarik bukan?
Bebalung terbuat dari tulang iga sapi atau kerbau yang dicampur dengan racikan bumbu yang terdiri dari cabe rawit, bawang putih, bawang merah, lengkuas, dan kunyit ditambah jahe agar rasa pedas cabenya memiliki ciri khas tersendiri. Selain itu tambahkan sedikit garam dan asam agar masakan lebih awet. Racikan bumbu semacam ini oleh masyaralat Sasak disebut sebagai ragi rajang. Cara membuatnya pun sangat sederhana. Tulang iga atau tulang ekor sapi atau kerbau dipotong sesuai selera. Setelah dibersihkan dan direbus hingga matang dan dagingnya empuk, barulah dicampur dengan racikan bumbu yang telah dihaluskan dan ditumis. Bumbu dan bahan baku Bebalung yang telah matang ini direbus kembali sekitar 30 menit agar bumbunya meresap ke dalam daging.



Penyajian Bebalung biasanya dengan mangkok dan ditaburi bawang merah goreng berikut dengan nasi putih. Bagi penyuka pedas, bisa ditambahkan sambal. Bebalung paling enak dihidangkan saat masih panas. Masakan ini semakin enak jika disantap bersamaan dengan Plencing. Itu mengapa sering disebut dengan Bebalung Plencing. Perut keroncongan plus sajian yang menarik ini pasti membuat hasrat makan Anda memuncak.




RUMAH ADAT SUKU SASAK

                                                RUMAH ADAT SUKU SASAK

Rumah-rumah suku Sasak berbeda dengan arsitektur Bali pada umumnya. Di dataran, perkampungan suku Sasak cenderung luas dan melintang. Desa-desa Suku Sasak di wilayah pegunungan tertata rapi mengikuti perencanaan yang pasti. Di Lombok bagian utara, biasanya perkampungan Suku Sasak terdapat dua baris rumah tipe bale, dengan sederet lumbung padinya di satu sisi yang lain. Bangunan lain yang menjadi ciri khas perkampungan orang Sasak adalah rumah besar (bale bele).
Di antara deretan rumah-rumah itu dibangun balai yang bersisi terbuka (beruga) sebagai tempat pertemuan. Balai terbuka menyediakan panggung untuk kegiatan sehari-hari dalam fungsi hubungan sosial masyarakat. Balai ini juga digunakan untuk urusan keagamaan misalnya upacara penghormatan jenazah sebelum dikuburkan. Sementara makam leluhur yang terdiri dari rumah-rumah kayu dan bambu kecil dibangun di wilayah bagian atas dari perkampungan.



Sedikitnya ada empat jenis dasar lumbung dengan ukuran yang berbeda-beda. Semua lumbung, kecuali jenis lumbung padi yang berukuran kecil, memiliki panggung di bawah.
Di desa-desa Lombok bagian selatan, panggung yang berada di bagian bawah lumbung padi berperan sebagai balai. Di Lombok bagian utara, tidak semua desa memiliki lumbung padi.
Lumbung padi menjadi ciri khas yang sangat menarik dalam arsitektur suku Sasak. Bangunan Lumbung itu didirikan pada tiang-tiang dengan cara dan ciri khas yang mirip bangunan-bangunan Austronesia.
Bangunan ini memiliki atap berbentuk “topi” yang ditutup ilalang. Empat tiang besar menyangga tiang-tiang melintang di bagian atas tempat kerangka utama dibangun. Bagian atas  penopang kayu kemudian menguatkan rangka-rangka bambunya yang semua bagiannya ditutupi ilalang. Satu-satunya yang dibiarkan terbuka adalah sebuah lubang persegi kecil yang terletak tinggi di bagian ujung berfungsi untuk menaruh padi hasil panen. Untuk mencegah hewan pengerat masuk. Piringan kayu besar yang mereka sebut jelepreng, disusun di bagian atas puncak tiang dasarnya.
Rumah tradisional Suku Sasak berdenah persegi, tidak berjendela dan hanya memiliki satu pintu dengan pintu ganda yang telah diukir halus. Di bagian dalam, tidak terdapat tiang-tiang penyangga atap. Bubungan atapnya curam, terbuat dari jerami yang memiliki ketebalan kurang lebih 15 centimeter. Atap itu sengaja dibiarkan menganjur ke bagian dinding dasar yang hampir menutupi bagian dinding. Dinding terdiri dari dua bagian, bagian tengah yang menyatu dengan atap dibuat dari bambu, bagian bawah dibuat dari campuran lumpur, dan jerami yang permukaannya telah dipelitur halus.



Rumah digunakan terutama untuk tempat tidur dan memasak. Masyarakat Sasak jarang menghabiskan waktu di dalam rumah sepanjang hari. Di sisi sebelah kiri dibagi untuk tempat tidur anggota keluarga, juga terdapat rak di langit-langitnya untuk menyimpan pusaka dan benda berharga. Anak laki-laki tidur di panggung bawah bagian luar; anak perempuan tidur di atas bagian dalam panggung.
Untuk kegiatan memasak, bagian dalam rumah berisi tungku yang berada di sisi sebelah kanan yang dilengkapi rak-rak untuk menyimpan dan mengeringkan jagung. Kayu bakar disimpan di belakang rumah, kadang juga disimpan di bawah panggung.

GULA AREN DESA KEKAIT


                                                      GULA AREN DESA KAKAIT




Desa Kekait mayoritas dari penduduknya merupakan petani dan pedagang, hal ini dikarenakan  peng hasilan utama dari Desa Kekait adalah aren. Banyak petani  petani aren yang mengolah hasilnya men jadi air tuak, kolang kaling dan gula aren. Penghasilan ini biasanya dijual di pasar,  namun karena  ke populeran air tuak, biasanya banyak  yang menjualnya di pinggir jalan untuk  menarik minat  kendara an yang melintas.



Selain gula, pohon aren dapat menghasilkan banyak hal dan merupakan tanaman serbaguna. Salah satunya adalah menghasilkan gula aren. Untuk membuat gula aren, bunga jantan pohon enau dikumpulkan terlebih dahulu ke dalam sebuah cetakan bambu. Untuk mencegah nira mengalami peragian dan nira yang telah mengalami fermentasi tidak bisa dibuat gula, maka ke dalam bumbung bambu tersebut ditambahkan laru atau kawao yang berfungsi sebagai pengawet alami.
 
Setelah jumlahnya cukup, nira direbus di atas tungku dalam sebuah wajan besar. Kayu terbaik untuk memasak gula aren berasal dari kayu aren yang sudah tua. Karena kalori ini lebih tinggi dari kayu bakar biasa maka proses memasaknya juga lebih cepat. Sekalipun demikian, api juga tidak boleh terlalu besar. Kalau ini terjadi gula akan hangus, rasanya akan pahit dan warnanya menjadi hitam.
 

Gula aren sudah terbentuk bila nira menjadi pekat, berat ketika diaduk dan kalau diciduk dari wajan dan dituangkan kembali adukan akan putus-putus. Dan kalau tuangkan ke dalam air dingin, cairan pekat ini akan membentuk benang yang tidak putus-putus.Kalau sudah, adonan diangkat dari tungku dan dicetak.
Buah aren (dinamai beluluk, caruluk dan lain-lain) memiliki 2 atau 3 butir inti biji (endosperma) yang berwarna putih tersalut batok tipis yang keras. Buah yang muda intinya masih lunak dan agak bening. Buah muda dibakar atau direbus untuk mengeluarkan intinya, dan kemudian inti-inti biji itu direndam dalam air kapur beberapa hari untuk menghilangkan getahnya yang gatal dan beracun. Cara lainnya, buah muda dikukus selama tiga jam dan setelah dikupas, inti bijinya dipukul gepeng dan kemudian direndam dalam air selama 10-20 hari. Inti biji yang telah diolah itu, diperdagangkan di pasar sebagai buah atep (buah atap) atau kolang-kaling.
 


Seperti halnya daun, ijuk dari pohon enau pun dipintal menjadi tali. Meski agak kaku, tali ijuk ini cukup kuat, awet dan tahan digunakan di air laut. Ijuk dapat pula digunakan sebagai bahan atap rumah, pembuat sikat dan sapu ijuk. Dari pelepah dan tangkai daunnya, setelah diolah, dihasilkan serat yang kuat dan tahan lama untuk dijadikan benang.
 
Batangnya mengayu di sebelah luar dan agak lunak berserabut di bagian dalam atau empulurnya. Kayunya yang keras ini dipergunakan sebagai papan, kasau atau dibuat menjadi tongkat. Empulur atau gumbarnya dapat ditumbuk dan diolah untuk menghasilkan sagu, meski kualitasnya masih kalah oleh sagu rumbia. Batang yang dibelah memanjang dan dibuang empulurnya digunakan sebagai talang atau saluran air dan dari akar dihasilkan serat untuk bahan anyaman, tali pancing atau cambuk