Minggu, 29 November 2015

NYELAMAQ LAUQ DI TANJUNG LUAR LOMBOK


                                   NYELAMAQ LAUQ DI TANJUNG LUAR LOMBOK





Sebuah acara kuno digelar besar-besaran di Tanjung Luar, Pulau Lombok. Tanjung Luar selama ini dikenal sebagai salah satu pendaratan ikan terbesar di Pulau Lombok, sempat terjadi pembicaraan besar di media sosial akibat banyaknya gambar tentang ikan-ikan hiu yang didaratkan oleh masyarakat nelayan di daerah ini. Masyarakat Tanjung Luar memang merupakan masyarakat ‘laut’ yang terdiri dari empat suku besar; Bajo, Mandar, Bugis, dan Makassar. Singkat kisah ‘melebur’ bersama masyarakat Tanjung Luar merayakan tradisi lama yang dibangkitkan kembali ini. Kenapa menggunakan kata ‘dibangkitkan’ kembali sebenarnya bukan karena tradisi ini pernah ‘mati’. Nyalamaq di Lauq dirayakan lebih untuk kalangan sendiri.


Kini tradisi ini sengaja dibuka seluas-luasnya sebagai perwujudan niat untuk menempatkan Tanjung Luar di peta pariwisata Lombok yang memang berkembang pesat. Secara umum acara ini terdiri dari dua rangkaian utama: arak-arakan keliling kampung mengarak kerbau selama tiga hari penuh, dan kemudian puncaknya adalah larung laut, dan diakhiri dengan ‘perang’ air.  Sudah ada kemajuan dari beberapa sesepuh masyarakat, bahwa hanya dengan keterbukaan maka mereka akan mendapatkan perhatian baik itu dari masyarakat luas dan pemerintah. Sehingga nama Tanjung Luar tidak hanya dikenal sebagai tempat pendaratan ikan saja tetapi bisa menjadi alternatif wisata bahari di Pulau Lombok . "Nyalamaq Lauq". adalah sebuah acara tradisional di Tanjung Luar Lombok, terkesan dengan semangat generasi ‘muda’ Tanjung Luar untuk membawa tradisi ini menjadi lebih terbuka. Namun di sisi lain ada sedikit kekecewaan dengan kekakuan para ‘orang tua’ yang menginginkan tradisi ini berjalan ‘misterius’ dan tertutup seperti dahulu.. Meski ada kompromi yang kami harapkan, kondisi ini menyadarkan saya bahwa masih perlu waktu untuk membuat tradisi ini lebih terbuka, lebih cair, dan lebih menghibur banyak orang.


Beberapa fenomena supranatural yaang terjadi dengan masyarakat ketika perhelatan ini digelar dengan tradisi turun temurun dari nenek moyang ,yang merupakan warisan budaya leluhur yang harus dilestsrikan,Banyak sekali terlihat orang kesurupan dalam acara ini,yang dimasuki oleh  roh-roh pemelihara laut,dan hal ini yang sering terjadi ketika diadakan upacara Nyelamq Lauq di Tanjung Luar. Acara yang penuh dengan fenomena sakral ini membuat acara ini kental dengan mistis,hal hal bersifat gaibpun terus terjadi ,sehingga acara ini menjadi unik dan tidak terdapat di tempat lain.



Nyalamaq di Lauq sendiri awalnya adalah tradisi masyarakat Suku Mandar yang dibawa ke Tanjung Luar oleh para pelaut Mandar yang membangun komunitas di Tanjung Luar, Lombok. Tradisi ini jika dilihat kembali ke masa silam, adalah cara masyarakat Mandar mengusir penyakit ataupun menolak 'bala' yang menyerang desa mereka di Mandar sana (Sulawesi Barat). Dalam perkembangannya Tanjung Luar kemudian berkembang pesat dengan beragam etnis, paling besar kini adalah masyarakat Suku Bajo. Tradisi ini kemudian 'diteruskan' oleh orang-orang Bajo. Ada percampuran banyak hal jika saya amati sekilas dalam pelaksanaan tradisi ini. Ada nuansa religinya dan juga ada nuansa kuat magis dalam acara ini. Beberapa yang terlihat sekilas oleh mata menjadi lebih membuat suasana semakin sakral . Orang-orang yang kesurupan yang dimasuki oleh roh roh gaib tersebut, bisa 'mendikte' para tokoh masyarakat dan bahkan juga sandro (dukun) yang menjalankan upacara dalam bahasa yang tidak mengerti. Mereka bisa marah-marah jika pelaksana upacara dianggap lamban dan atau keliru tentang sesuatu. Orang-orang kesurupan ini juga yang mengarahkan perahu larung yang akan membuang kepala kerbau di tengah laut, padahal titiknya secara penglihatan mata sudah jelas-jelas ditandai dengan bendera. Namun ritual ini harus mengikuti petunjuk arah dari orang kesurupan ,itulah sebuah keunikan nyelamaq Lauq di Tanjung Luar Lombok.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar