Kamis, 17 Desember 2015

BUDAYA ADAT DASAN BELEQ,DESA GUMANTAR

                            
                                  BUDAYA ADAT DASAN BELEQ ,DESA GUMANTAR




Gumantar adalah salah satu desa dari delapan desa yang ada diwilayah Kecamatan Kayangan Lombok Utara Nusa Tenggara Barat ,Desa ini banyak meninggalkan beberapa situs sejarah yang bernuansa adat istiadatnya,yang berpusat di Dusun Dasan Beleq Gumantar.Masyarakat adat Dasan Beleq Gumantar yang berkaitan erat dengan ajaran Islam.Hal ini bisa dilihat dari situs budaya yang ada, terus hidup dan berkembang sejalan dengan ritme kehidupan masyarakat setempat.

Aspek kehidupan keagamaan terdapat di Dusun Dasan Beleq Gumantar ini, yaitu dengan adanya Mesjid Kuno yang ada sekarang adalah dibangun oleh para ulama’ penyebar agama Islam terdahulu. Situs situs sejarah peninggalan para penyebar agama Islam yang tedapat di Dusun Beleq Desa Gumantar Kecamatan Kayangan Kabupaten Lombok Utara ,ada beberapa peninggalan bersejarah di

Dusun Dasan Beleq ini, diantaranya ‘Bale Bangar Gubuq’, yang oleh masyarakat setempat disebutnya Pagalan. Bale ini, terletak ditengah-tengah Gubuq Dasan Beleq, dengan ukuran 5x5 m.
Pada sekitar abad 16 Masehi, ketika agama Islam sudah mulai tersebar ke seluruh pelosok tanah air, tak terkecuali para penyebar ajaran Islam sampai juga ke wilayah utara lereng gunung Rinjani. Termasuk di gumi Dasan Beleq Gumantar ini.



Para penyebar agama Islam yang pertama kali datang ke Dusun Dasan Beleq Gumantar ,konon menurut cerita masyarakat setempat, diawali dari Gunung Rinjani. Penyebar agama Islam ini bernama Mak Beleq dan Kendi yang turun dari Gunung Rinjani, Mak Beleq dikenal dengan sebutan Datu Bayan.Sedangkan temannya yang bernama Kendi tadi, kala itu,tetap tinggal dan menyebarkan agama Islam di daerah Dasan Beleq dan sekitarnya.Diceritakan, sebelum sampai ke Dasan Beleq, para penyebar ajaran Islam (Mak Beleq dan Kendi) ini berhenti dulu di Pawang Semboya, untuk melihat sekeliling utara lereng gunung Rinjani, dan menetuntukan kearah mana nantinya tujuannya dalam menyebarkan ajaran Islam yang dibawanya. Setelah mantap keteguhan hatinya, maka dipilihlah suatu daerah sebagai tujuannya yang pertama dalam menyebarkan ajaran Islam. Daerah tersebut, sekarang dikenal dengan nama Dusun Dasan Beleq. Karena yang pertama kali datang ditempat itu bernama Mak Beleq, sebelum melanjutkan penyebarannya ke daerah Bayan.



Situs peninggalan sejarah yang lain di Dusun Dasan Beleq ini adalah Bale Adat yang berada di Pawang Gedeng/Pawang Adat, sekitar 400 meter kearah selatan Gubuq Dasan Beleq sekarang.
Bale adat yang berada ditengah Pawang Gedeng/Pawang Adat ini, terbuat dari anyaman bambu. Mulai dari atap hingga pagarnya seluruhnya terbuat dari bambu. Disamping Bale Adat ini, disebelah barat laut dari Bale Adat tersebut, didirikan ‘Berugak Agung’ sakenam, sebagai tempat persinggahan para tetua adat sebelum melaksanakan upacara ritual adat di Bale Adat tersebut. Selain sebagai tempat persinggahan para tetua adat sebelum melaksanakan upacara ritualnya, maka Berugak Agung ini, digunakan pula sebagai tempat mempersiapkan sesaji dan segala bentuk hidangan makanan yang disajikan dalam wadah yang disebut dulang, yang diperuntukkan bagi seluruh masyarakat adat yang hadir dalam upacara adat, usai melakukan upacara ritual di Bale Adat tersebut.



Masyarakat adat Dasan Beleq Gumantar mengadakan upacara ritual di Bale Adat yang berada di Pawang Gedeng dilaksanakan secara besar – besaran empat bulan sekali,upacara tersebut adalah upacara Buku Beleq. Dinakan upacara Buku Beleq ,karena upacara ini dilaksanakan empat bulan sekali secara besar-besaran. Namun pelaksanaan upacara ritual adat di Pawang Gedeng tersebut,tiap bulan juga dilaksanakan tetapi hanya sekedar upacara kecil-kecilan.Upacara Buku Beleq di Bale Adat dalam Pawang Gedeng ini, sebelum pelaksanaannya, masyarakat adat Dusun Dasan Beleq bergotong royong memperbaiki dulu atap dan pagar dari Bale Adat ,dan bambu lande yang digunakan untuk pemugaran diambil dari suatu tempat yang sudah ditentukan, yaitu dari daerah Tenggorong.Perbaikan ini, dilaksanakan selama 12 hari berturut-turut, hingga tiba waktunya pelaksanaan upacara adatnya.


Rabu, 16 Desember 2015

BUDAYA BAYAN DI TENGAH ARUS MEDRNESASI

   
                                BUDAYA BAYAN DI TENGAH ARUS MODRNESASI




Suku Sasak Bayan merupakan salah satu kelompok masyarakat yang di tengah arus modernisasi tetap memegang teguh prinsip hidupnya. Bukan berarti menolak pembaruan, mereka hidup berdampingan dengan pembaruan. Desa Bayan terletak di Kabupaten Lombok Utara Nusa Tenggara Barat,Banyak hal tentang kearifan masyarakat Bayan yang masih dipertahankan keberadaannya sampai saat ini.Suku Bayan memegang teguh ajaran leluhur mereka yang disebut "metu telu", yaitu segala sesuatu keluar dari tiga hal,yaitu fenomena alam terjadi dengan beranak,bertelur dan tumbuh,Sumber kehidupan di dunia berasal dari yang tiga tersebut, yang melahirkan (seperti manusia), yang bertelur (seperti unggas), dan yang tumbuh (seperti tanaman). "Selain itu sebagai manusia kita juga berasal dari tiga, yaitu Ibu, Bapak dan Tuhan,dan ada tiga fase kehidupan yang dilalui manusia yaitu lahir,mati,dan hidup di akhirat.



Masyarakat Bayan juga memaknai hidup. Setiap tahap kehidupan diupacarakan, dari saat bayi lahir, berusia 8 hari, lalu khitanan, menikah, hingga 1000 hari setelah wafat. Kelestarian alam juga dipelihara betul. Sebelum musim tanam, masyarakat akan bersama-sama membersihkan saluran air, lalu mengadakan upacara adat di mata air yang terdapat di hutan adat. Ketika akan menanam benih, ketika musim panen tiba semua diadakan upacara adat yang sarat makna. Penebangan pohon tidak boleh dilakukan. Jika kedapatan menebang pohon, akan didenda satu ekor kerbau.Banyak yang menyangka metu telu adalah suatu ajaran agama. Metu Telu ini bukan agama, melainkan adat. Adat dan agama tidak boleh bertentangan. Tata tertib itulah adat." Mereka mngusung adat tanpa meninggalkan ajaran agama Islam yang mereka anut. Perayaan adat yang besar yang sejalan dengan ajaran agama antara lain saat idul fitri dan saat Maulid Nabi Muhammad. Tetapi setiap perayaan tidak akan memberatkan warga, karena masyarakat saling membantu. Saling mengirimkan kebutuhan untuk memasak dan mengerjakan semuanya bersama-sama.Dulu Kerajaan Bayan dipimpin oleh seorang wanita dengan pusat pemerintahan di Bayan Agung, Bayan Beleq .Pedaleman Bayan merupakan satu komplek yang berisi beberapa bangunan berugak (bale-bale/gazebo) dan bangunan untuk menyimpan pusaka. Komplek ini dipagari dengan anyaman bambu, bangunan beratapkan alang-alang dan terbuat dari kayu yang dibangun tanpa paku. Dalam komplek pedaleman, terdapat empat buah beruga yang memiliki fungsi sendiri-sendiri. Salah satunya adalah Berugak Agung yang berfungsi sebangai tempat musyawarah atau disebut gundem, yang mencirikan sikap kebersamaan suku Bayan. Selain itu setiap rumah wajib memiliki berugak untuk menjamu tamu.




Mesjid Kuno bayan terletak di atas bukit tak jauh dari wilayah kampu pedaleman Bayan . Mesjid ini diperkirakan sudah ada sejak 300 tahun sebelum masehi. Mesjid ini pun sangat sederhana, berlantai tanah, beratap bambu dan alang-alang dan berdinding anyaman kayu. Mesjid hanya dibuka untuk upacara peringatan adat tertentu.Terlepas dari segala tradisi yang kental dan dipegang teguh, mereka tidak menolak pembaruan. Mereka hidup modern dan tidak menutup diri. Sebagian masyarakat masih bekerja mencocok tanam, tetapi ada pula yang menjadi pegawai negri sipil dan guru.Dari kearifan dan keserhanaan prinsip hidup masyarakat setempat. Manusia dan alam hidup berdampingan dengan damai. Masyarakat tidak menolak pembaruan, tanpa melupakan leluhur dan asal-usul kehidupan mereka.