Rabu, 25 November 2015
TENUN SONGKET SADE
TENUN SONGKET SADE
Kampung Sasak Sade yang terus terus menjaga keaslian bangunan adat, merawat kesenian tradi sonal, ser ta menjaga warisan tradisi le luhur mereka, bahkan tidak sedikit warganya yang tidak bisa bahasa In donesia.Mereka menggan tungkan hidup dari pertanian, sebagian pariwisata, dan kerajinan Disini didemonstrasikan cara-cara menenun mulai dari persiapan hingga pengerjaannya .
Bahan-bahan membuat kain tenun biasanya didapat dari alam. Menurut cerita, dulu kaum perempuan di desa ini bekerja mulai dari mencari kapas yang tumbuh liar dikebun-kebun, lalu dipintalnya men jadi benang. Proses membentuk kapas menjadi benang ternyata lumayan lama, kapas yang telah dipe tik dijemur hingga kering, lalu dihaluskan dengan sebuah alat, dibentuk dengan cara menggulung menjadi benang, dan selanjutnya diberi pewarna alami dari tumbuhan. Misalnya pinang untuk mem beri warna cokelat, kunyit untuk memberi warna kuning, kembang telang untuk memberi warna biru, dan angsana untuk memberi warna merah.
Setelah menjadi benang dan diberi pewarna saatnya mengelompokkan benang-benang tersebut sesuai corak yang dikehendaki kedalam semacam “cartrigde,” baru kemudian masuk ke alat tenun. Semakin mahal tentu saja motifnya semakin rumit dan pengerjaannya memakan waktu yang lama. Ada pula motif sakral bagi suku Sasak yaitu motif yang menggambarkan leluhur, seorang penenun harus berpu asa terlebih dahulu sebagai syarat. Sungguh usaha yang harus kita apresiasi sebetulnya. Sebagai gam baran untuk membuat selembar kain sarung misalnya, dibutuhkan berpuluh-puluh gulungan benang dan proses menenun yang lama, yakni sekitar satu bulan.
Hasilnya tentu saja adalah kerajianan yang indah dan kadang harus ditebus dengan harga tinggi, wala upun saat dijajakan penjualnya bilang boleh ditawar, rasanya tidak tega karena tahu proses pembuat annya yang sulit
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar