GULA AREN DESA KAKAIT
Desa Kekait mayoritas dari penduduknya merupakan petani dan pedagang, hal ini dikarenakan peng hasilan utama dari Desa Kekait adalah aren. Banyak petani petani aren yang mengolah hasilnya men jadi air tuak, kolang kaling dan gula aren. Penghasilan ini biasanya dijual di pasar, namun karena ke populeran air tuak, biasanya banyak yang menjualnya di pinggir jalan untuk menarik minat kendara an yang melintas.
Selain gula, pohon aren dapat menghasilkan banyak hal dan merupakan
tanaman serbaguna. Salah satunya adalah menghasilkan gula aren. Untuk
membuat gula aren, bunga jantan pohon enau dikumpulkan terlebih dahulu
ke dalam sebuah cetakan bambu. Untuk mencegah nira mengalami peragian
dan nira yang telah mengalami fermentasi tidak bisa dibuat gula, maka ke
dalam bumbung bambu tersebut ditambahkan laru atau kawao yang berfungsi sebagai pengawet alami.
Setelah jumlahnya cukup, nira direbus di atas tungku dalam sebuah wajan
besar. Kayu terbaik untuk memasak gula aren berasal dari kayu aren yang
sudah tua. Karena kalori ini lebih tinggi dari kayu bakar biasa maka
proses memasaknya juga lebih cepat. Sekalipun demikian, api juga tidak
boleh terlalu besar. Kalau ini terjadi gula akan hangus, rasanya akan
pahit dan warnanya menjadi hitam.
Gula aren sudah terbentuk bila nira menjadi pekat, berat ketika
diaduk dan kalau diciduk dari wajan dan dituangkan kembali adukan akan
putus-putus. Dan kalau tuangkan ke dalam air dingin, cairan pekat ini
akan membentuk benang yang tidak putus-putus.Kalau sudah, adonan
diangkat dari tungku dan dicetak.
Buah aren (dinamai beluluk, caruluk dan lain-lain) memiliki 2 atau 3 butir inti biji (endosperma)
yang berwarna putih tersalut batok tipis yang keras. Buah yang muda
intinya masih lunak dan agak bening. Buah muda dibakar atau direbus
untuk mengeluarkan intinya, dan kemudian inti-inti biji itu direndam
dalam air kapur beberapa hari untuk menghilangkan getahnya yang gatal dan beracun.
Cara lainnya, buah muda dikukus selama tiga jam dan setelah dikupas,
inti bijinya dipukul gepeng dan kemudian direndam dalam air selama 10-20
hari. Inti biji yang telah diolah itu, diperdagangkan di pasar sebagai buah atep (buah atap) atau kolang-kaling.
Seperti halnya daun, ijuk dari pohon enau pun dipintal menjadi tali.
Meski agak kaku, tali ijuk ini cukup kuat, awet dan tahan digunakan di
air laut. Ijuk dapat pula digunakan sebagai bahan atap rumah, pembuat
sikat dan sapu ijuk. Dari pelepah dan tangkai daunnya, setelah diolah,
dihasilkan serat yang kuat dan tahan lama untuk dijadikan benang.
Batangnya mengayu di sebelah luar dan agak lunak berserabut di bagian
dalam atau empulurnya. Kayunya yang keras ini dipergunakan sebagai
papan, kasau atau dibuat menjadi tongkat. Empulur atau gumbarnya dapat
ditumbuk dan diolah untuk menghasilkan sagu,
meski kualitasnya masih kalah oleh sagu rumbia. Batang yang dibelah
memanjang dan dibuang empulurnya digunakan sebagai talang atau saluran
air dan dari akar dihasilkan serat untuk bahan anyaman, tali pancing atau cambuk
Tidak ada komentar:
Posting Komentar