RUMAH ADAT SUKU SASAK
Rumah-rumah suku Sasak berbeda dengan arsitektur Bali pada umumnya.
Di dataran, perkampungan suku Sasak cenderung luas dan melintang.
Desa-desa Suku Sasak di wilayah pegunungan tertata rapi mengikuti
perencanaan yang pasti. Di Lombok bagian utara, biasanya perkampungan
Suku Sasak terdapat dua baris rumah tipe bale, dengan sederet lumbung padinya di satu sisi yang lain. Bangunan lain yang menjadi ciri khas perkampungan orang Sasak adalah rumah besar (bale bele).
Di antara deretan rumah-rumah itu dibangun balai yang bersisi terbuka (beruga)
sebagai tempat pertemuan. Balai terbuka menyediakan panggung untuk
kegiatan sehari-hari dalam fungsi hubungan sosial masyarakat. Balai ini
juga digunakan untuk urusan keagamaan misalnya upacara penghormatan
jenazah sebelum dikuburkan. Sementara makam leluhur yang terdiri dari
rumah-rumah kayu dan bambu kecil dibangun di wilayah bagian atas dari
perkampungan.
Sedikitnya
ada empat jenis dasar lumbung dengan ukuran yang berbeda-beda. Semua
lumbung, kecuali jenis lumbung padi yang berukuran kecil, memiliki
panggung di bawah.
Di desa-desa Lombok bagian selatan, panggung yang berada di bagian bawah lumbung padi berperan sebagai balai. Di Lombok bagian utara, tidak semua desa memiliki lumbung padi.
Lumbung
padi menjadi ciri khas yang sangat menarik dalam arsitektur suku Sasak.
Bangunan Lumbung itu didirikan pada tiang-tiang dengan cara dan ciri
khas yang mirip bangunan-bangunan Austronesia.
Bangunan ini
memiliki atap berbentuk “topi” yang ditutup ilalang. Empat tiang besar
menyangga tiang-tiang melintang di bagian atas tempat kerangka utama
dibangun. Bagian atas penopang kayu kemudian menguatkan rangka-rangka
bambunya yang semua bagiannya ditutupi ilalang. Satu-satunya yang
dibiarkan terbuka adalah sebuah lubang persegi kecil yang terletak
tinggi di bagian ujung berfungsi untuk menaruh padi hasil panen. Untuk
mencegah hewan pengerat masuk. Piringan kayu besar yang mereka sebut jelepreng, disusun di bagian atas puncak tiang dasarnya.
Rumah
tradisional Suku Sasak berdenah persegi, tidak berjendela dan hanya
memiliki satu pintu dengan pintu ganda yang telah diukir halus. Di
bagian dalam, tidak terdapat tiang-tiang penyangga atap. Bubungan
atapnya curam, terbuat dari jerami yang memiliki ketebalan kurang lebih
15 centimeter. Atap itu sengaja dibiarkan menganjur ke bagian dinding
dasar yang hampir menutupi bagian dinding. Dinding terdiri dari dua
bagian, bagian tengah yang menyatu dengan atap dibuat dari bambu, bagian
bawah dibuat dari campuran lumpur, dan jerami yang permukaannya telah
dipelitur halus.
Rumah
digunakan terutama untuk tempat tidur dan memasak. Masyarakat Sasak
jarang menghabiskan waktu di dalam rumah sepanjang hari. Di sisi sebelah
kiri dibagi untuk tempat tidur anggota keluarga, juga terdapat rak di
langit-langitnya untuk menyimpan pusaka dan benda berharga. Anak
laki-laki tidur di panggung bawah bagian luar; anak perempuan tidur di
atas bagian dalam panggung.
Untuk kegiatan memasak, bagian dalam
rumah berisi tungku yang berada di sisi sebelah kanan yang dilengkapi
rak-rak untuk menyimpan dan mengeringkan jagung. Kayu bakar disimpan di
belakang rumah, kadang juga disimpan di bawah panggung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar