Kamis, 26 November 2015
BEGIBUNG TRADISI SUKU SASAK
BEGIBUNG TRADISI SUKU SASAK
Sebutan “Begibung” mungkin tidak asing lagi ditelinga orang-orang suku Sasak yang mendiami Pulau Lombok atau lebih dikenal dengan sebutan Pulau Seribu Masjid, meski mulai agak jarang terlihat dan menjadi pemandangan yang sulit didapatkan saat ini namun tradiri makan bersama ini disebagian tempat masih terlihat rutin dilakukan dan terpelihara keberadaannya, terutama jika terdapat acara syukuran atau “Begawe”.
Pagi itu mentari belum menampakkan pancaran sinar terangnya, dari sejak subuh terlihat disibukkan dengan berbagai macam pekerjaan untuk menyiapkan makanan dan panganan khas Lombok yang akan disajikan kepada tamu undangan di acara “begawe” (tasyakuran) yang dilakukan atas pernikahan anak laki-lakinya.
Mulai dari warga laki-laki yang sibuk menyiapkan lauk-pauk seperti Reraon, Ares dan juga Ebatan, tidak perlu ada perintah dari seorang Komandan seperti yang sering kita liat didunia Militer atau pengaturan mekanisme kerja dari seorang CEO disebuah Perusahaan, namun ratusan anggota Banjar terlihat sibuk mengerjakan pekerjaannya masing-masing seakan sudah sangat paham dengan semua itu.
Sedangkan anggota Banjar perempuan tidak kalah sibuknya mereka menyiapkan jajanan khas Begawe ala suku sasak Lombok seperti Pis-pisan, Jaje Tujak, Tarek, Cerorot dan masih banyak jenis yang lainnya, pemandangan seperti ini sudah menjadi tradisi yang mungkin tidak semua kampung masih menikmatinya karena untuk daerah perkotaan semua pekerjaan itu seringkali dilimpahkan kepada pihak Catering.
Ada hal yang terlihat begitu menarik dari rangkaian kegiatan tersebut yaitu Begibung saat sarapan pagi, sekitar pukul 09.00 Wita semua anggota banjar diberikan sarapan dengan cara Begibung, mengunakan media Nare atau Nampan sebagai tempat nasi dan lauknya kemudian satu Nare tersebut dimakan oleh empat orang dengan cara berhadap-hadapan, sungguh menjadi pemandangan sangat menarik karena terlihat rasa kekeluargaan yang kental diantara anggota Banjar dan warga kampung lainnya.
Begibung memberikan pelajaran yang cukup berharga bagi masyarakat suku Sasak. Betapa kebersamaan itu menjadi sangat penting, perbedaan status tidak menjadi penghambat bahkan begibung melebur semua status sosial menjadi satu. Begibung juga memberikan pesan, betapa suku Sasak sangat toleran dan memberi satu sama lain. Makna-makna inilah yang hari ini telah mulai terkikis dalam kehidupan masyarakat kita. Gelombang informasi yang tidak terkontrol menyebabkan masyarakat kita kadang menjadi acuh tak acuh.
“Begibung ini harus menjadi tradisi yang terjaga sampai anak cucu kita kedepan, karena sangat bermanfaat untuk tetap menjaga rasa kekeluargaan dan kebersamaan”,
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar