Poteng Jaje Tujak,Jajan Khas Lombok
Tidak seperti di daerah-daerah lainnya yang mengkonsumsi ketupat pada saat lebaran, di Lombok, Nusa Tenggara Barat lain lagi. Mereka lebih sering menghidangkan Poteng Jaje Tujak yakni sejenis tape yang diolah menjadi makanan ringan dan disediakan saat satu minggu setelah lebaran alias pada hari raya ketupat. Tak heran jika saat bersilaturahmi mengunjugi saudara setelah lebaran, Poteng Jaje Tujak selalu ada di rumah-rumah dan menjadi hidangan wajib. Selain Poteng Jaje Tujak, ada Iwel yang juga menjadi jajanan khas masyarakat Lombok.
Hidangan Poteng Jaje Tujak ini terdiri dari 2 makanan yakni “poteng” atau “tapai” dan “jaje tujak” atau di Jawa sering disebut “tetel”. Bahan poteng menggunakan ketan putih. Untuk membuat satu loyang atau sekitar 5 piring nasi ketan kita membutuhkan 1 kg ketan yang harganya Rp. 15 ribu/kg. Ketan, daun suji sebagai pewarna dan daun pandan sebagai pewangi dikukus selama 1,5 jam. Nasi ketan yang sudah matang diangin-anginkan di nampan atau kleong (bahasa Sasak) sekitar 1 jam. Lalu dipindah ke dalam panci dan ditaburi ragi agar menjadi tapai. Ketan lantas ditutup dengan daun pisang dan selanjutnya ditaruh panci yang tertutup rapat hingga 3 hari sampai menunggu jadinya poteng. Sedangkan Jaje Tujak terbuat dari ketan putih 1 kg yang dikukus bersama parutan kepala agak muda setengah butir. Ditambahkan garam secukupnya untuk memberi rasa agar tidak hambar. Setelah 1,5 jam dianggap matang, dalam kondisi panas adonan ditumbuk di dalam lumpang sampai lembut hingga mudah dibentuk di loyang. Kemudian dipotong-potong sesuai keinginan.
Menurut kepercayaan setempat, yang membuat poteng harus dalam keadaan suci yakni tidak sedang haid. Sebab jika yang membuat sedang datang bulan bisa merusak poteng. Sebaiknya, pembuatan poteng, khususnya saat akan menaburkan bubuk tape ketan dilakukan setelah selesai salat sehingga masih dalam kondisi suci atau berwudhu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar