Kamis, 17 Desember 2015
BUDAYA ADAT DASAN BELEQ,DESA GUMANTAR
BUDAYA ADAT DASAN BELEQ ,DESA GUMANTAR
Gumantar adalah salah satu desa dari delapan desa yang ada diwilayah Kecamatan Kayangan Lombok Utara Nusa Tenggara Barat ,Desa ini banyak meninggalkan beberapa situs sejarah yang bernuansa adat istiadatnya,yang berpusat di Dusun Dasan Beleq Gumantar.Masyarakat adat Dasan Beleq Gumantar yang berkaitan erat dengan ajaran Islam.Hal ini bisa dilihat dari situs budaya yang ada, terus hidup dan berkembang sejalan dengan ritme kehidupan masyarakat setempat.
Aspek kehidupan keagamaan terdapat di Dusun Dasan Beleq Gumantar ini, yaitu dengan adanya Mesjid Kuno yang ada sekarang adalah dibangun oleh para ulama’ penyebar agama Islam terdahulu. Situs situs sejarah peninggalan para penyebar agama Islam yang tedapat di Dusun Beleq Desa Gumantar Kecamatan Kayangan Kabupaten Lombok Utara ,ada beberapa peninggalan bersejarah di
Dusun Dasan Beleq ini, diantaranya ‘Bale Bangar Gubuq’, yang oleh masyarakat setempat disebutnya Pagalan. Bale ini, terletak ditengah-tengah Gubuq Dasan Beleq, dengan ukuran 5x5 m.
Pada sekitar abad 16 Masehi, ketika agama Islam sudah mulai tersebar ke seluruh pelosok tanah air, tak terkecuali para penyebar ajaran Islam sampai juga ke wilayah utara lereng gunung Rinjani. Termasuk di gumi Dasan Beleq Gumantar ini.
Para penyebar agama Islam yang pertama kali datang ke Dusun Dasan Beleq Gumantar ,konon menurut cerita masyarakat setempat, diawali dari Gunung Rinjani. Penyebar agama Islam ini bernama Mak Beleq dan Kendi yang turun dari Gunung Rinjani, Mak Beleq dikenal dengan sebutan Datu Bayan.Sedangkan temannya yang bernama Kendi tadi, kala itu,tetap tinggal dan menyebarkan agama Islam di daerah Dasan Beleq dan sekitarnya.Diceritakan, sebelum sampai ke Dasan Beleq, para penyebar ajaran Islam (Mak Beleq dan Kendi) ini berhenti dulu di Pawang Semboya, untuk melihat sekeliling utara lereng gunung Rinjani, dan menetuntukan kearah mana nantinya tujuannya dalam menyebarkan ajaran Islam yang dibawanya. Setelah mantap keteguhan hatinya, maka dipilihlah suatu daerah sebagai tujuannya yang pertama dalam menyebarkan ajaran Islam. Daerah tersebut, sekarang dikenal dengan nama Dusun Dasan Beleq. Karena yang pertama kali datang ditempat itu bernama Mak Beleq, sebelum melanjutkan penyebarannya ke daerah Bayan.
Situs peninggalan sejarah yang lain di Dusun Dasan Beleq ini adalah Bale Adat yang berada di Pawang Gedeng/Pawang Adat, sekitar 400 meter kearah selatan Gubuq Dasan Beleq sekarang.
Bale adat yang berada ditengah Pawang Gedeng/Pawang Adat ini, terbuat dari anyaman bambu. Mulai dari atap hingga pagarnya seluruhnya terbuat dari bambu. Disamping Bale Adat ini, disebelah barat laut dari Bale Adat tersebut, didirikan ‘Berugak Agung’ sakenam, sebagai tempat persinggahan para tetua adat sebelum melaksanakan upacara ritual adat di Bale Adat tersebut. Selain sebagai tempat persinggahan para tetua adat sebelum melaksanakan upacara ritualnya, maka Berugak Agung ini, digunakan pula sebagai tempat mempersiapkan sesaji dan segala bentuk hidangan makanan yang disajikan dalam wadah yang disebut dulang, yang diperuntukkan bagi seluruh masyarakat adat yang hadir dalam upacara adat, usai melakukan upacara ritual di Bale Adat tersebut.
Masyarakat adat Dasan Beleq Gumantar mengadakan upacara ritual di Bale Adat yang berada di Pawang Gedeng dilaksanakan secara besar – besaran empat bulan sekali,upacara tersebut adalah upacara Buku Beleq. Dinakan upacara Buku Beleq ,karena upacara ini dilaksanakan empat bulan sekali secara besar-besaran. Namun pelaksanaan upacara ritual adat di Pawang Gedeng tersebut,tiap bulan juga dilaksanakan tetapi hanya sekedar upacara kecil-kecilan.Upacara Buku Beleq di Bale Adat dalam Pawang Gedeng ini, sebelum pelaksanaannya, masyarakat adat Dusun Dasan Beleq bergotong royong memperbaiki dulu atap dan pagar dari Bale Adat ,dan bambu lande yang digunakan untuk pemugaran diambil dari suatu tempat yang sudah ditentukan, yaitu dari daerah Tenggorong.Perbaikan ini, dilaksanakan selama 12 hari berturut-turut, hingga tiba waktunya pelaksanaan upacara adatnya.
Rabu, 16 Desember 2015
BUDAYA BAYAN DI TENGAH ARUS MEDRNESASI
BUDAYA BAYAN DI TENGAH ARUS MODRNESASI
Suku Sasak Bayan merupakan salah satu kelompok masyarakat yang di tengah arus modernisasi tetap memegang teguh prinsip hidupnya. Bukan berarti menolak pembaruan, mereka hidup berdampingan dengan pembaruan. Desa Bayan terletak di Kabupaten Lombok Utara Nusa Tenggara Barat,Banyak hal tentang kearifan masyarakat Bayan yang masih dipertahankan keberadaannya sampai saat ini.Suku Bayan memegang teguh ajaran leluhur mereka yang disebut "metu telu", yaitu segala sesuatu keluar dari tiga hal,yaitu fenomena alam terjadi dengan beranak,bertelur dan tumbuh,Sumber kehidupan di dunia berasal dari yang tiga tersebut, yang melahirkan (seperti manusia), yang bertelur (seperti unggas), dan yang tumbuh (seperti tanaman). "Selain itu sebagai manusia kita juga berasal dari tiga, yaitu Ibu, Bapak dan Tuhan,dan ada tiga fase kehidupan yang dilalui manusia yaitu lahir,mati,dan hidup di akhirat.
Masyarakat Bayan juga memaknai hidup. Setiap tahap kehidupan diupacarakan, dari saat bayi lahir, berusia 8 hari, lalu khitanan, menikah, hingga 1000 hari setelah wafat. Kelestarian alam juga dipelihara betul. Sebelum musim tanam, masyarakat akan bersama-sama membersihkan saluran air, lalu mengadakan upacara adat di mata air yang terdapat di hutan adat. Ketika akan menanam benih, ketika musim panen tiba semua diadakan upacara adat yang sarat makna. Penebangan pohon tidak boleh dilakukan. Jika kedapatan menebang pohon, akan didenda satu ekor kerbau.Banyak yang menyangka metu telu adalah suatu ajaran agama. Metu Telu ini bukan agama, melainkan adat. Adat dan agama tidak boleh bertentangan. Tata tertib itulah adat." Mereka mngusung adat tanpa meninggalkan ajaran agama Islam yang mereka anut. Perayaan adat yang besar yang sejalan dengan ajaran agama antara lain saat idul fitri dan saat Maulid Nabi Muhammad. Tetapi setiap perayaan tidak akan memberatkan warga, karena masyarakat saling membantu. Saling mengirimkan kebutuhan untuk memasak dan mengerjakan semuanya bersama-sama.Dulu Kerajaan Bayan dipimpin oleh seorang wanita dengan pusat pemerintahan di Bayan Agung, Bayan Beleq .Pedaleman Bayan merupakan satu komplek yang berisi beberapa bangunan berugak (bale-bale/gazebo) dan bangunan untuk menyimpan pusaka. Komplek ini dipagari dengan anyaman bambu, bangunan beratapkan alang-alang dan terbuat dari kayu yang dibangun tanpa paku. Dalam komplek pedaleman, terdapat empat buah beruga yang memiliki fungsi sendiri-sendiri. Salah satunya adalah Berugak Agung yang berfungsi sebangai tempat musyawarah atau disebut gundem, yang mencirikan sikap kebersamaan suku Bayan. Selain itu setiap rumah wajib memiliki berugak untuk menjamu tamu.
Mesjid Kuno bayan terletak di atas bukit tak jauh dari wilayah kampu pedaleman Bayan . Mesjid ini diperkirakan sudah ada sejak 300 tahun sebelum masehi. Mesjid ini pun sangat sederhana, berlantai tanah, beratap bambu dan alang-alang dan berdinding anyaman kayu. Mesjid hanya dibuka untuk upacara peringatan adat tertentu.Terlepas dari segala tradisi yang kental dan dipegang teguh, mereka tidak menolak pembaruan. Mereka hidup modern dan tidak menutup diri. Sebagian masyarakat masih bekerja mencocok tanam, tetapi ada pula yang menjadi pegawai negri sipil dan guru.Dari kearifan dan keserhanaan prinsip hidup masyarakat setempat. Manusia dan alam hidup berdampingan dengan damai. Masyarakat tidak menolak pembaruan, tanpa melupakan leluhur dan asal-usul kehidupan mereka.
Minggu, 29 November 2015
REBO BONTONG DI LOMBOK
REBO BONTONG DI LOMBOK
Tradisi ini merupakan salah satu tradisi khas dari Pulau Lombok. Namanya adalah Tradisi Rebo Bontong. Tradisi ini merupakan sebuah tradisi mandi bersama di sungai. Tradisi ini dilakukan sekali setiap tahun yakni pada hari Rabu terakhir di bulan Safar dalam kalender Hijriyah. Tradisi ini juga dijadikan sebagai perayaan untuk menyambut bulan Rabiul Awal (dalam kalender Hijriyah) yakni bulan kelahirannya Nabi Muhammad SAW.
Mandi merupakan simbol penyucian dalam tradisi ini. Pelaksanaannya tidak bisa dilakukan disembarang tempat. Di kawasan Lombok, tradisi ini hanya bisa dilakukan di Sungai Jangkuk yang ada di Dasan Agung, Kota Mataram, Pantai Tanjung Menangis yang ada di Pringgabaya Lombok Timur , serta di Desa Kuranji yang ada di Labuapi, Lombok Barat.
Dalam pelaksanaannya, serangkaian doa dipanjatkan terlebih dahulu. Kemudian, pemuka agama, kepala suku serta orang-orang yang mengikuti tradisi ini mengantar sesaji ke Sesangi. Sesaji tersebut berupa telur, pisang, ketan, hasil tani serta hasil laut sebagai simbol rasa syukur dan permohonan kepada Sang Pencipta untuk memohon perlindungan dari segala bentuk bencana ke tengah laut. Barulah setelah itu, masyarakat yang mengikuti tradisi ini turut melakukan pembersihan diri dengan mandi di tempat yang telah ditentukan.
Oleh pemerintah setempat, tradisi ini dijadikan sebagai salah satu ikon pariwisata di Lombok. Sehingga tak mengherankan saat tradisi ini berlangsung, banyak wisatawan baik lokal maupun mancanegara yang datang untuk menyaksikan jalannya tradisi.
NYELAMAQ LAUQ DI TANJUNG LUAR LOMBOK
NYELAMAQ LAUQ DI TANJUNG LUAR LOMBOK
Sebuah acara kuno digelar besar-besaran di Tanjung Luar, Pulau Lombok. Tanjung Luar selama ini dikenal sebagai salah satu pendaratan ikan terbesar di Pulau Lombok, sempat terjadi pembicaraan besar di media sosial akibat banyaknya gambar tentang ikan-ikan hiu yang didaratkan oleh masyarakat nelayan di daerah ini. Masyarakat Tanjung Luar memang merupakan masyarakat ‘laut’ yang terdiri dari empat suku besar; Bajo, Mandar, Bugis, dan Makassar. Singkat kisah ‘melebur’ bersama masyarakat Tanjung Luar merayakan tradisi lama yang dibangkitkan kembali ini. Kenapa menggunakan kata ‘dibangkitkan’ kembali sebenarnya bukan karena tradisi ini pernah ‘mati’. Nyalamaq di Lauq dirayakan lebih untuk kalangan sendiri.
Beberapa fenomena supranatural yaang terjadi dengan
masyarakat ketika perhelatan ini digelar dengan tradisi turun temurun dari nenek moyang ,yang merupakan warisan budaya leluhur yang harus dilestsrikan,Banyak sekali terlihat orang kesurupan dalam acara ini,yang dimasuki oleh
roh-roh pemelihara laut,dan hal ini yang sering terjadi ketika diadakan upacara Nyelamq Lauq di Tanjung Luar. Acara yang penuh dengan fenomena sakral ini membuat acara ini kental dengan mistis,hal hal bersifat gaibpun terus terjadi ,sehingga acara ini menjadi unik dan tidak terdapat di tempat lain.
Nyalamaq di Lauq sendiri awalnya adalah tradisi masyarakat Suku Mandar yang dibawa ke Tanjung Luar oleh para pelaut Mandar yang membangun komunitas di Tanjung Luar, Lombok. Tradisi ini jika dilihat kembali ke masa silam, adalah cara masyarakat Mandar mengusir penyakit ataupun menolak 'bala' yang menyerang desa mereka di Mandar sana (Sulawesi Barat). Dalam perkembangannya Tanjung Luar kemudian berkembang pesat dengan beragam etnis, paling besar kini adalah masyarakat Suku Bajo. Tradisi ini kemudian 'diteruskan' oleh orang-orang Bajo. Ada percampuran banyak hal jika saya amati sekilas dalam pelaksanaan tradisi ini. Ada nuansa religinya dan juga ada nuansa kuat magis dalam acara ini. Beberapa yang terlihat sekilas oleh mata menjadi lebih membuat suasana semakin sakral . Orang-orang yang kesurupan yang dimasuki oleh roh roh gaib tersebut, bisa 'mendikte' para tokoh masyarakat dan bahkan juga sandro (dukun) yang menjalankan upacara dalam bahasa yang tidak mengerti. Mereka bisa marah-marah jika pelaksana upacara dianggap lamban dan atau keliru tentang sesuatu. Orang-orang kesurupan ini juga yang mengarahkan perahu larung yang akan membuang kepala kerbau di tengah laut, padahal titiknya secara penglihatan mata sudah jelas-jelas ditandai dengan bendera. Namun ritual ini harus mengikuti petunjuk arah dari orang kesurupan ,itulah sebuah keunikan nyelamaq Lauq di Tanjung Luar Lombok.
Nyalamaq di Lauq sendiri awalnya adalah tradisi masyarakat Suku Mandar yang dibawa ke Tanjung Luar oleh para pelaut Mandar yang membangun komunitas di Tanjung Luar, Lombok. Tradisi ini jika dilihat kembali ke masa silam, adalah cara masyarakat Mandar mengusir penyakit ataupun menolak 'bala' yang menyerang desa mereka di Mandar sana (Sulawesi Barat). Dalam perkembangannya Tanjung Luar kemudian berkembang pesat dengan beragam etnis, paling besar kini adalah masyarakat Suku Bajo. Tradisi ini kemudian 'diteruskan' oleh orang-orang Bajo. Ada percampuran banyak hal jika saya amati sekilas dalam pelaksanaan tradisi ini. Ada nuansa religinya dan juga ada nuansa kuat magis dalam acara ini. Beberapa yang terlihat sekilas oleh mata menjadi lebih membuat suasana semakin sakral . Orang-orang yang kesurupan yang dimasuki oleh roh roh gaib tersebut, bisa 'mendikte' para tokoh masyarakat dan bahkan juga sandro (dukun) yang menjalankan upacara dalam bahasa yang tidak mengerti. Mereka bisa marah-marah jika pelaksana upacara dianggap lamban dan atau keliru tentang sesuatu. Orang-orang kesurupan ini juga yang mengarahkan perahu larung yang akan membuang kepala kerbau di tengah laut, padahal titiknya secara penglihatan mata sudah jelas-jelas ditandai dengan bendera. Namun ritual ini harus mengikuti petunjuk arah dari orang kesurupan ,itulah sebuah keunikan nyelamaq Lauq di Tanjung Luar Lombok.
TARI GANDRUNG LOMBOK
TARI GANDRUNG LOMBOK
Tari Gandrung adalah seni tari asal Lombok yang populer di kalangan suku Sasak. Tari Gandrung juga disebut dengan Jangger. Beberapa sejarahwan mengatakan bahwa tari gandrung sudah ada sejak zaman Erlangga di Jawa Timur.
Tari ini lahir dalam keadaan saat
tersedia perangkat gameran untuk menghibur para prajurit yang pulang
dari medan perang. Pada saat itu prajurit ingin bergembira dan
bersukaria, lantas datanglah seorang wanita cantik yang menari dan
mengajak para prajurit yang dikehendakinya untuk menari. Acara ini terus
berlanjut dengan penari yang berganti-ganti dan mengajak satu per satu
prajurit itu menari bersama. Tari Gandrung biasanya dilakukan pada
sebuah arena yang dikelilingi penonton. Diantara penonton tersebut
adalah sekaligus sebagai calon penari Gandrung. Dalam bahasa Sasak
disebut dengan “pengibing” atau “ngibing” yang berarti menari.
Secara umum tari gandrung terdrii dari 3
bagian yakni bapangan, gandrangan dan parianom. Bapangan adalah bagian
dimana penari Gandrung digambarkan sedang memperkenalkan diri kepada
penonton dengan mengitari arena tempat ia menari. Selanjutnya adalah
gandrangan yakni saat penari dengan gerakan lincah mengitari arena
dengan kipas di tangan seperti burung elang yang mengincar mangsa.
Biasanya penonton di barisan depanlah yang dilirik oleh penari,
selanjutnya ia akan memilih satu penonton untuk menemaninya menari
dengan cara menyentuhkan atau melemparkan kipasnya pada seorang atau
lebih untuk menjadi pasangan menari. Gerakan sentuhan kipas ini disebut
dengan tepekan. Bagian yang ketiga adalah parianom yakni saat tarian
hanya diiringi redep dan suling, dibantu dengan suara gendang, petuk,
rincik dan gong. Dalam bagian ini penari Gandrung akan melengkapi
tariannya dengan nyanyian yang disebut dengan besandaran.
Penyebaran
tari Gandrung di Lombok cukup merata terlihat dari berbagai aliran tari
gandrung. Seperti Gandrung Bertais dari daerah Bertais dan Dasan Tereng
yang masih mempertahankan keaslian tradisi tari Gandrung.
Peralatan musik yang biasanya digunakan
untuk mengiringi tari Gandrung disebut dengan gamelan dengan ragam yang
mengalami perubahan dari masa ke masa. Nah, menariknya, pada awal
dipentaskan di depan khalayak, tari Gandrung dimainkan oleh penari pria.
Tetapi kemudian kini dimainkan juga oleh penari wanita. Nah, tarian ini
biasanya dipertunjukkan saat musim panen.TARI GEGEROK LOLOAN BAYAN
Gegerok Tandak pada dasarnya berasal dari kata Barung dan Tandak. Barung artinya bareng atau bersama, sedangkan Tandak artinya metandang atau menari. Jadi Gegerok Tandak merupakan tarian yang dilakukan secara bersama.
Tarian Gegerok Tandak ini diartikan sebagai hiburan dengan perumpamaan binatang, karena sifat manusia yang selalu mengusik atau menggaggu merupakan sifat dari binatang, bukan sifat asli manusia. Perumpamaan binatang ini diambil dari jenis :
a. Babi identik dengan kata-kata MM
b. Burung Gagak dengan kata-kata Nyuk-nyuk
c. Kera dengan kata UU………………..
Gegerok Tandak merupakan jenis tarian yang pertama kali ada dalam wilayah Bayan, tanpa
menggunakan alat musik. Gegerok Tandak ini diperkirakan terbentuk sejak adanya islam di Bayan, hal ini disimpulkan dari fungsi Tarian Gegerok itu sendiri yang hanya digunakan untuk Ritual hitanan (sunatan).
Orang pertama kali yang memainkan adalah orang dari garis keturunan
Loloan Kecamatan Bayan,Kabupaten Lombok Utara , dan orang tersebut tidak diketahui nama lengkap dan tahun berapa
kejadiannya. Berdasarkan keterangan yang memiliki garis keturunan
tersebut adalah Amaq Nursawi, yang diketahui kakek dari Nitralip , dan diperkirakan hidup sekitar 1,5 abad
yang lalu.
Alasan dibuatnya tarian Gegerok Tandak adalah untuk mensukseskan prosesi kitanan. Dimana setiap orang yang melaksanakan qhitanan selalu mengundang keluarga besar dan para tetangga dan sahabat. Banyaknya orang yang hadir terkadang membuat prosesi qhitanan sedikit terganggu, hal ini disebabkan keinginan para keluarga melihat langsung acara tersebut, sehingga berdesakan. Faktor inilah yang menjadi alasan Tarian Gegerok ini dibuat ungtuk mengelilingi setiap prosesi inti supaya tidak terganggu oleh masyarakat banyak atau keluarga yang hadir.
Alasan dibuatnya tarian Gegerok Tandak adalah untuk mensukseskan prosesi kitanan. Dimana setiap orang yang melaksanakan qhitanan selalu mengundang keluarga besar dan para tetangga dan sahabat. Banyaknya orang yang hadir terkadang membuat prosesi qhitanan sedikit terganggu, hal ini disebabkan keinginan para keluarga melihat langsung acara tersebut, sehingga berdesakan. Faktor inilah yang menjadi alasan Tarian Gegerok ini dibuat ungtuk mengelilingi setiap prosesi inti supaya tidak terganggu oleh masyarakat banyak atau keluarga yang hadir.
Tarian Gegerok hanya digunakan pada saat ritual hitanan secara adat, dimana acara hitanan dengan malakukan prosesi majang. Majang merupakan menghiasi berugak dengan menggunakan kain oleh para pranata adat.Waktu dimainkan selain majang yaitu saat hitanan dan melusut. Melusut yaitu membuka kembali kain yang digunakan untuk menghiasi berugak. Jadi selama prosesi hitanan dimainkan selama 3 kali.
Pantun merupakan salah satu bentuk atau cara yang dianggap memiliki nilai seni dalam bahasa untuk menyampaikan niat kita kepada seseorang, baik niat yang sifatnya memberi nasehat, sindiran dan lain-lain.
Dalam istilah lokal, pantun disebut dengan “Onceq”. Jenis pantun yang digunakan bebas, bisa berupa nasehat atau lain sebagainya tergantung dari tujuan para peserta Gegerok Tandak itu sendiri.
Yang terlibat dalam tarian Gegerok Tandak ini adalah orang laki-laki yang ikut dalam acara qhitanan, yang menjadi paling inti adalah orang sebagai memimpinnya yang paling depan harus dari garis keturunan Gegerok Tandak (garis keturunan Loloan), sementara lainnya bebas.
Jumlah personil minimal 4 orang, maksimalnya sebanyak –banyaknya. Jumlah minimal tersebut, 1 orang sebagai pemimpin dan 3 orang lainnya sebagai pengiring. Jumlah maksimal yang dimaksud sebanyak-banyaknya adalah orang yang paling belakang sebagai peserta jangan sampai bertemu dengan pemimpinnya untuk mengelilingi berugak yang dipajang, jumlahnya sekitar 25 orang yang paling banyak.
Ada dua bagian proses dan tugas yang dilakukan dalam gegerok tandak, yaitu sebagai lawas dan Onceq.
a. Lawas, merupakan orang sebagai pemimpin dalam barisan. Tugasnya adalah sebagai pembuka tarian dengan menggunakan tembang dan juga mengatur barisan para peserta lainnya yang terkait dengan arah dan langkah.
b. Onceq, merupakan orang yang melawas atau mengungkapkan pantun secara bergantian. Hal ini dilakukan oleh siapa saja yang ikut dalam Tarian Gegerok tersbut, baik yang sebagai pemimpin maupun pesertanya.
Filosofinya Gegerok Tandak yaitu rasa kegotong royongan, berat sama dipikul dan ringan sama dijinjing. Hal ini dibuktikan dengan berisan yang tidak boleh terputus, selalu berdekatan. Orang yang selalu berdekatan ini menunjukan kita tidak boleh putus hubungan silaturrahmi antar sesama, sehingga setiap beban yang dirasakan oleh orang lain kita harus bisa membantu sesuai dengan kemampuan. Begitu juga dengan kebahagiaan yang kita rasakan harus bisa dinikamti bersama.
MAULID ADAT SEMOKAN BAYAN
MAULID ADAT DESA SEMOKAN BAYAN
Masyarakat dusun adat semokan Desa Sukadana Kecamatan Bayan Kabupaten Lombok Utara saat ini mengadakan ritual adat maulid adat.Acara ini tergolong masih sakral jauh dari segala hal yang berbau modern.
Desa
semokan merupakan salah satu dusun terpencil yang terletak di desa
Sukadana Kecamatan Bayan Lombok Utara. Seperti kita ketahui bahwa Bayan
merupakan pusat tradisi kebudayaan kuno di Pulau Lombok. Diantara semua
tradisi yang paling menonjol kita dengar adalah Maulid Adat. dalam
prosesi adat di Semokan dilakukan betul-betul berbeda dengan prosesi
adat yang dilakukan di tempat lain. Setiap warga atau masyarakat yang
datang ke Semokan harus mematuhi peraturan-peraturan yang sudah
ditentukan oleh para pemangku adat. Aturan-aturan yang dibuat harus
diikuti dan ditaati oleh setiap warga adat dan pengunjung. Metode ini
dilakukan agar tidak ada terjadi hal-hal yang tidak diinginkan karena
maulid adat di Desa Semokan ini masih dibilang sakral dan jauh dari
sifat modernisasi.
Setiap orang yang datang baik warga dan pengunjung diwajibkan menggunakan pakaian adat, yang laki-laki harus menggunakan kain songket, dan sapuk. para wanita diibaratkan seperti bidadari tanpa menggunakan baju, namun menggunakan stagen untuk mengikat kain dan penutup bagian dada dan dilengkapi dengan selendang sebagai pelengkap. sebagai bentuk kesakralan dusun semokan, setiap laki-laki dan wanita yang datang tidak diperbolehkan menggunakan celana atau celana dalam bentuk apapun selain songket serta tidak di perbolehkan untuk memakai sandal.
Setelah semua persiapan dilakukan oleh pengunjung yang datang dari luar baik itu untuk liputan atau hanya sekedar menyaksikan, harus melakukan beberapa perosesi ritual untuk dapat mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir. ritual pertama yang dilakukan oleh pengunjung dari luar desa adalah besuci "bebersin" yaitu bersuci dengan cara berkumur, mencuci muka dan kaki di sumur menggunakan cedok tempurung kelapa, "sumur pembersih" ada disungai jalan masuk meuju kampu atau rumah adat. setelah bersuci, barulah di lanjutkan ritual kedua yaitu" bsembeq" memberikan tanda di dahi pengunjung atau warga adat dengan menggunakan pamak yang berwarna merah.
Dalam ritual menyembeq ini pengunjung harus melalui tiga tahapan, yaitu melewati tiga rumah adat dan didalam tiga rumah itu ada tiga kepala keluarga yang akan kita lewati agar pengunjung luar bisa mengikuti rangkaian acara adat yang sudah di tetapkan. kepala keluarga itulah yang nantinya akan memberikan sembeq kepada orang luar yang ingin menyaksikaan maulid adat tersebut. setelah kita di sembek oleh tiga pemangku rumah adat, maka dengan itu kita sudah diberikan izin untuk menyaksikan atau meliput kegiatan adat tersebut. sebelum pada tahap penyembeqan maka dalam tiga rumah adat itu memiliki pemangku yang berbeda-beda,
Setelah kita mendapat restu dari tiga pemangku rumah adat itu, maka kita sudah termasuk dalam adat tersebut dan wajib hukumnya kita mematuhi peraturan yang berlaku. adapun hal yang paling dilarang dalam perosesi adat itu iyalah berjualan, karena apabila ada salah seorang yang kedapatan berjualan maka hukumnya adalah denda satu ekor kerbau. aturan itu melarang berdagang karena menurut kepercayaan mereka, kita adalah sama tidak ada bupati, gubernur dan bahkan presiden sekalipun. apabila dia memasuki wilayah adat yang disebut dengan kampu maka ia harus mentaati aturan yang sudah berlaku.
Adat atau tradisi yang ada di Semokan Desa Sukadana ini masih tergolong di sakralkan dan akan terus dilestarikan itulah sebabnya diadakan peraturan hingga membatasi pengunjung dalam mendokumentasikan kegiatan, meliput, merekam bahkan mencari informasi yang dalam mngenai adat setempat untuk dijadikan konsumsi publik. tujuan mereka adalah agar budaya adat yang ada disana tidak ada campur tangan orang luar yang bisa mengakibatkan adat tersebut hancur.
Ketika semua perosesi Sembean pengunjung direstui oleh pemangku, maka barulah kita bisa ikut menyaksikan perosesi adat. ada banyak sekali perosesi ritual adat yang ada pada acara maulid adat ini namun orang-orang adat yang ada disana sangat membatasi informasi untuk setiap pengunjung dan bahkan menyorot kamera bahkan alat perekam yang dibawa oleh orang luar. dalam pengambilan gambarpun kita dibatasi sekitar empat atau lima foto, tanpa menggunakan flash dimalam hari karena dihawatirkan dapat merusak konsentarasi saat menjalani perosesi adat.
Ada beberapa desa juga mengadakan acara Maulid Adat di kecamatan bayan pada hari yang sama diantaranya adalah Semokan, Anyar, Senaru, karang bajo dan desa Bayan. karena menurut kepercayaan wargga setempat bahwa semua desa tersebut merupakan satu kesatuan wilayah adat yang dikenal dengan Masyarakat adat Bayan.
Dalam memiliki informasi mengenai adat, ada beberapa hal yang dapat kami rubrik. mengenai semua rangkaian upacara adat di Semokan. diataranya adalah sebagai berikut;
"Kampu" merupakan sebuah rumah adat yang yakini sebagai area atau tempat pertama kali di diami atau ditinggali oleh suku sasak islam di desa bayan. dirumah adat itulah warga adat menyerahkan hasil panen dan ternaknya yang disertakan dengan nazarnya. warga adat menyerrahkan semua hasil panennya kepada inan mniq.
"Inan mniq" yaitu salah seorang permpuan yang di percaya untuk menerima dan mengolah hidangan yang disajikan kepada para kiyai, penghulu dan tokoh adat saat hari puncak perayaan maulid adat.
Setelah semua itu dilaksanakan barulah warga adat bahu membahu membersihkan tempat gendang atau gerantung (alat musik tradisional, gong) yang akan disambut oleh sebagiaan kelompok adat. Setibanya gendang gerantung pada tempat yang disediakan. gong gerantung yang dimainkan akan dimainkan secara terus- menerus tampa henti, karena apabila gong berhenti semua warga adat yang datang di areal rumah adat itu harus pulang, karena konon kalau gong itu berhenti akan ada terjadi hal-hal yang tidak kita inginkan. acara ritual dilanjutkan dengan selamatan penyambutan dan serah terima dengan ngaturan lekes buak (sirih dan pinang) sebagai tanda taikan mulud atau Rangkaian Maulid Adat di mulai. sekitar pukul 15.30 Wita. Waktu itu dinamakan dengan "Gugur Kembang Waru".
Ketika pukul 02.00 Wita semua peraja mulud berkumpul dihalaman masjid kuno diadakan upacara perisaian yang umumnya kita lihat, namun di Semokan ini tata cara perisaian dan waktunyapun beda pada dari yang pernah kita lihat. alat perisai yang digunakan berbentuk bulat seperti perisai jaman dahulu dan dilengkapi rotan sebagai pemukul pada umumnya. namun yang sangat menganjal adalah kenapa perisaian diadakan tengah malam.dan rata-rata yang kita lihat semua yang pernah mengikuti pertandingan perisaian itu senang dengan luka memar ditubuhnya.
tanpa merasa dendam atau menimbulkan pertikaian setelahnya. acara berlanjut sampai pagi.
Paginya acara dilanjutkan dengan bersih-bersih dan setelah kira-kira pukul 14.00 baru dilanjutkan dengan acara "Bisoq Meniq" acara ini dilakukan oleh para wanita yang sedang dalam keadaan suci (tidak haid). saat melakukan ritual bisok meniq ini disepanjang jalan berpantangan untuk berbicara atau berbisik-bisik, tidak boleh menoleh dan mematahkan barisan. Setelah beras dicuci barulah dimasak menjadi nasi. Disaat yang bersamaan laki-laki memotong hewan kurban 60 ekor kambing dan dua ekor kerbau sebagai lauk pada hidangan malam terakhir.
Acara puncak dari semua rangkaian kegiatan dilaksanakan pada hari rabu pukul 03.00 Wita dini hari. warga yang berbondong-bondong untuk bisa ikut pada ritual terakhir itu sampai rela datang dari jam 20.00 malam agar tidak ketinggalan saat acara puncak berlangsung. acara terakhir adalah acara yang paling disakralkan oleh warga masyarakat adat karena menurut kepercayaan masyarakat pada saat pembagian hidangan mulud disitulah Wong Skabeh dipanggil untuk ikut merayakan pesta adat tersebut.
Pada saat malam puncaknya tiba, barulah semua orang yang tidur dihalaman kampu dibangunkan, selang beberapa menit setelah bangun. orang-orang yang ada disana di perintahkan untuk duduk tanpa terkecuali. barulah dilanjutkan dengan pembagian Ancak atau hidangan makan untuk semua orang yang hadir.
"Ancak"yaitu tempat yang di rancang dan dibentuk sedemikian rupa untuk dulang atau hidangan makanan, bentuknya persegi empat yang tebuat dari bambu yang diulat. daun pisang untuk melapisi nasi agar tidak cepat dingin dan pada atas hidangan terlihat tali yang menyila dari sudut kesudut ancak persegi empat.
Setelah semua Ancak dibagikan rata ke setiap pengunjung, barulah dimulai perosesi doa, ini merupakan acara yang paling sakral karena semua makhluk dihadirkan untuk bisa ikut berdoa. semua orang merasakan angin kencang sembari menunggu doa dipanjatkan. pada saat do'a dimulai suara Amin Menggema tanpa kita tahu darimana arah semua suara itu. Hembusan Angin Yang melingkar disekitaran hutan mengelilingi rumah adat menandakan bahwa semuua makhluk itu hadir.
Ini
memang terlihat aneh tapi nyata, oleh sebab itulah kita dibatasi
didalam menggali informasi lebih jauh dan mendokumentasikan gambar
sebanyak-banyaknya sesuka kita sebagai orang luar yang menyaksikan adat
tersebut. karena di Smokan Inilah salah satu desa adat yang tidak boleh
dijadikan destinasi wisata dan smua orang luar yang mencari informasi
baik itu belajar, tidak boleh menceritakan atau mempulikasikan berita
tentang adat yang ada di Semokan.
OPAK OPAK DAN PLECING KANGKUNG
OPAK-OPAK DAN PLECING KANGKUNG
Kabupaten Lombok Utara memliki kekayaan kuliner khas yang tidak ditemukan di tempat lain, sebut saja sate ikan khas Tanjung, Pepesan Ikan,dan makanan ringan "unik" berbahan baku ubi kayu yang rasanya sangat enak gurih dan renyah yaitu Opak-Opak,yang merupakan kuliner non beras. Adapun Jenis kuliner tradisional ini hanya bisa ditemukan di Pemenang, Tanjung,dan Gondang.
Cara membuat opak-opak relatif sederhana, hanya menggunakan bahan baku ubi kayu yang dikupas kemudian diparut, selanjutnya diperas untuk mendapatkan tepung kanjinya.
Bahan kanji tersebut kemudian dimasak dan dicampur dengan santan kelapa serta garam secukupnya hingga berbentuk lem. vDalam keadaan hangat dituang ke dalam cetakan dari piring seng dan setelah dingin akan menjadi kerupuk tipis berbentuk bundar. Selanjutnya dijemur hingga kering menjadi sejenis kerupuk tipis berbetuk bundar yang oleh masyarakat Lombok Utara dinamakan opak opak Opak opak kering kemudian dipanggang di atas bara api dan selanjutnya sehingga matang dan siap dinikamti bersama pelecing kangkung, pecel, urap, sate ikan atau sate daging. Namun biasanya opak
ini dijadikan sebagai piring tempat menyajikan pelecing yaitu kuliner khas sasak yang sangat familiar
di bumi Lombok. Dan uniknya opak opak yang dijadikan piring atau wadah tempat menaruh plecing
ikut disantap bersama,sehingga membuat sensasi tersendiri dalam rasa dan cara penyajiannya. Bumbu pelecing, urap atau bumbu sate yang membasahi dan menyatu dengan opak-opak itu akan menambah lezatnya jenis penganan tradisional khas Lombok Utara ini.
Jenis kuliner khas daerah yang dikenal dengan "Dayan Gunung" ini merupakan makanan ringan yang banyak dijual di Pemenang ,Tanjung,Lekok,dan Gondang,sehingga cukup mudah untuk mendapatkan
kuliner ini bagi yang berminat untuk mencicipi rasa dan sensasinya, Sejalan dengan kian berkembang nya sektor pariwitsata di kabupaten bermoto "Tioq Tata Tunaq", opak-opak tersebu t kini dijual di sejumlah objek wisata, seperti di Gili Trawangan, Gili Meno dan Gili Air.
Sejak beberapa tahun ini opak-opak telah menjadi bagian dari wisata kuliner, karena ternyata selain wistawan domestik turis mancanegara juga cukup menggemari jenis makanan khas yang hanya bisa ditemukan di Kabupaten Lombok Utara ini. Di obyek wisata yang ramai dikunjungi wistawan manca negara maupun nusantara ini selain bisa ditemukan makanan khas barat, seperti burger, hotdog dan pizza, juga makanan tradisional yang bahan baku utamanya dari ubi kayu yang dikenal dengan nama
Opak Opak ini.Para penjual opak-opak di objek wisata Gili Terawangan, Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, mengakui bahwa wisatawan nusantara maupun wisman sering membeli opak-opak untuk dinikmati sambil duduk di pinggir pantai.Mereka mengaku memiliki cukup banyak langganan turis asing, antara lain asal Amerika, Australia dan Korea Selatan, selain wisatawan dari berbagai daerah di Indonesia yang suka membeli dan menikmati Opak Opak dengan Plecing Kangkungnya,
Sabtu, 28 November 2015
PEMAKAIAN SAPUK DAN JONG DI BAYAN
PEMAKAIAN SAPUK DAN JONG DI BAYAN
Setiap dearah memiliki adat dan tradisi yang berbeda-beda, begitu juga dengan busana adat yang dipakainya seperti ikat kepala bagi laki laki (sapuk) dan ikat kepala bagi perempuan yang dikenal dengan sebutan “Jong”. Sapuk dan Jong dalam masyarakat adat Bayan pada umumnya, digunakan pada saat ada ritual adat tertentu dan ditempat tertentu juga,Lalu kapan dan dimanakan sapuk dan jong ini digunakan,
Penggunaan Jong Bayan yang di pakai oleh kaum perempuan digunakan pada saat acara sareat maulid adat yang ketika menumbuk padi di rantok besar yang terbuat dari kayu seperti sampan. Pada ritual acara maulid adat ini kaum perempuan yang berada di kampung Karang Bajo, kampung Bayan Timur, kampung Bayan Barat dan kampung Loloan. Kecamatan Bayan Lombok Utara harus menggunakan jong yang dibuat khusus secara tradisional yang dikenal dengan nyesek.
Jong Bayan ini ada yang berwarna merah dan ada juga yang berwarna biru, tergantung selera warna masing masing pemakai,Jong ini hanya berukuran 50 cm yang bentuknya segi tiga lancip, dengan suku cadangnya dapat di peroleh di beberapa pengerajin nyesek (setuk Jajak Bilang Bale) di Bayan dengan harga terjangkau untuk umum.
Sementara cara menggunakan sapuk atau jong menurut Kades Karang Bajo, Kertamalip, berbeda-beda tergantung pada saat ritual adat yang dilaksanakan. Secara umum, sapuk digunakan dengan ikatan di bagian depan kepala (kening) yang biasa digunakan pada acara gawe urip ( hidup ). Ikatan sapuk hanya bisa digunakan pada bagian belakang pada saat gawe pati ( ritual kematian ), sementara diluar ritual tersebut ikatannnya harus di depan seperti Nyongkolang, kecuali para Pemangku dan Kyai.
Sapuk atau ikat kepala ini memiliki banyak jenis, Dan jenis yang digunakan itu tergantung dari posisi atau jabatan pemakainya dalam pranata adat.
Sapuk berwarna biru digunakan oleh Mak Lokaq Perumbaq yaitu, Perumbaq Daya, Perumbaq Tengaq (Maq Lokaq Gantungan Rombong), dan Perumbaq Lauk. Warna biru ini diyakini oleh masyarakat adat sesuai dengan warna langit, yang bisa mengayomi setiap makhluk hidup di bumi,Sehingga perumbaq ini diharapkan bisa memberikan pengayoman kepada masyarakat adat dan lingkungannya, baik di daerah hutan, masyarakat adat maupun untuk perairan atau laut.
Sementara sapuk berwarna putih digunakan oleh para Kyai Adat dan Pemangku, yaitu Kyai Penghulu, Kiyai Lebe dan Kiyai Santri.dan juga untuk amak Lokaq.
Kiyai Penghulu, Kiyai Lebe dan Kiyai santri merupakan tokoh agama yang memiliki tugas sama dengan pemangku yang lainnya yaitu untuk memberikan pencerahan kepada masyarakat adat juga masyarakat umum. Sapuk yang berwarna putih ini menunjukan kesucian dan kebersihan hati dari para Kyai dan pemangku sebagai tokoh dan suritauladan bagi masyarkat adat.
Sapuk batik warna warni ini di gunakan oleh masyarakat adat secara umum,Ada juga pejabat adat yang menggunakan sapuk batik ini, seperti Pembekel yang ada di setiap komunitas masyarakat adat. Sapuk batik yang memiliki banyak warna ini juga memiliki banyak arti bagi masyarakat adat Bayan yaitu kehidupan yang bermacam-macam, baik dari pekerjaan maupun garis keturunan adatnya.
Kertamalip mengharapkan kepada semua masyarakat adat agar dalam melaksanakan ritual adat atau acara urip agar budaya dan busana yang telah di tinggalkan oleh para tetua [leluhur] tetap dilestarikan sehingga tidak hilang begitu saja
Jumat, 27 November 2015
MUSIK SEMPRONG
MUSIK SEMPRONG
Di pulau Lombok, yang mayoritas dihuni oleh suku sasak, ada
sebuah kesenian tradisional yang keberadaannya hampir punah, yaitu kesenian
musik Semprong. Mungkin tak banyak yang tahu tentang kesenian yang satu
ini.Pada dasarnya musik yang mempergunakan bambu sebagai alatnya.Ada tiga alat musik utama yang digunakan, yaitu semprong,
suling dan pengkelek hujan. Ada dua jenis semprong yang digunakan yaitu
berukuran besar dan kecil. Semprong kecil yang berukuran 80 cm dibuat dari kayu
selelo, sementara semprong besar yang berukuran satu meter lebih menggunakan
bambu sentul yang berbuku panjang. Bambu tersebut kemudian dibentuk seperti
terompet. Dipilihnya bambu jenis selelo dan sentul ini, karena kedua jenis
bamboo inilah yang mampu menghasilkan nada dengan baik.
“Semprong menghadirkan nada penghormatan kepada alam,
sehingga mampu menghadirkan berbagai nada yang mencitrakan tunduk pada alam,
seperti suara ombak, suara pemujaan, suara binatang seperti anjing, dan
berbagai suara alam yang lain” terangnya kembali.Memang bila disimak alunan
nada yang dihasilkan, mampu menggiring imajinasi untuk berkelana menembus ruang
dan waktu. Seakan berjalan di tengah hutan seraya mendengarkan orkestrasi alam
yang megah, hingga sesekali diajak untuk menembus lautan, mendengarakan
lantunan nada dari gemericik ombak yang menghempas lautan, atau Susana pedesaan
yang penuh dengan ketenangan dan sangat bersahaja. Sebuah visualisasi yang
tercipta dari lantunan nada musik semprong.Mendengarkan musik semprong, tidak
semudah memainkannya. Dibutuhkan kiat khusus untuk menghadirkan untaian nada.
Hal inilah yang menjadi salah satupenghambat proses regenerasi di kesenian yang
satu ini, walaupun hal tersebut bukanlah sesuatu yang vital, karena semua
memang memerlukan proses pembelajaran.“Semprong menghasilkan nada bass di
setiap tiupannya. Dan untuk meniup alat ini tidaklah gampang, karena
menggunakan rongga diafragma, atau nafas dada dan tenggorokan, agar
menbciptakan harmonissasi dengan alat lainnya, yaitu suling denngan pengkelek
hujan,
KERAJINAN TANGAN MASYARAKAT SADE
Masyarakat sade yang dikenal sebagai suku sasak asli pola hidupnya terisolasi dari luar dan penuh kesederhanaan ,namun memilki daya kreatifitas yang tinggi mampu mengolah hasil kekayaan alam seperti:kayu,bambu,jerami menjadi kerajinan tangan yang unik,rumah,lumbung dan lainnya dan kesemuanya itu diolah secara tradisional.Masyarakat Sade sungguh kreatif bahkan hampir semua penduduk Sade mampu membuat aneka kerajinan tangan seperti patung khas suku sasak,gelang,cicin,kalung,gantungan kunci yang terbuat dari tanduk kerbau pilihan yang diolah sedemikian rupa kemudian juga diberi warna-warni yang menarik yang didominasi warna coklat.
Kerajinan tangan yang dilakukan masyarakat Sade patung khas Sade misalnya bentuknya cukup unik kecil memanjang tidak seperti patung umumnya Kerajinan tangan yang menarik didusun sade ialah kerajinan kain tenun lombok atau songket.Kain tenun ini terbuat dari bahan dasar kapas pilihan kemudian diolah dengan menggunakan alat tenun juga terbuat dari bambu dan kayu pilihan kemudian dibentuk sedemikian rupa sehingga membentuk alat tenun yang unik,sederhana siap untuk dipergunakan membuat aneka tenunan khas lombok.
Pada awalnya pengrajin tenun Sade hanya membuat kain tenun saja,tetapi seiring perkembangan zaman mereka akhirnya membuat baju,sarung,sajadah dengan desain unik khas Sade.Proses pembuatan tenun khas Lombok yang mengandalkan peralatan tradisional membutuhkan waktu cukup lama tergantung jenis kain yang akan dikembangkan terkadang 1 minggu sampai 2 minggu ,meskipun pengerjaannya tradisional ,namun memiliki nilai seni dan kualitas yang cukup baik tak kalah dengan kualitas tenun daerah lain.Aneka kerajinan yang berkembang didesa Sade mampu memberi nilai ekonomi bagi masyarakat dan memperdayakan pekerja perempuan menjadi lebih bermartabat dan terarah pola pikirnya.
Kerajinan tangan didesa Sade belum sepenuhnya berkembang dengan baik mengingat pemasarannya masih terbatas dilingkungan desa Sade sehingga belum memiliki pangsa pasaran tetap diluar Sade dan masyarakat Indonesia pun belum banyak mengenal produk kerajinan Sade secara menyeluruh mengingat miskinnya promosi yang dilakukan masyarakat bersama pemerintah setempat.Kerajinan tangan Suku sasa didesa Sade pada dasarnya juga merupakan industri kecil yang sudah sewajarnya mendapat perhatian dari pemerintah setempat paling tidak pelatihan maupun pembinaan secara intensif mengingat hasil kerajinan suku sasak didesa Sade memiliki nilai seni serta nilai ekonomi yang tinggi .
BEBALUNG MASAKAN KHAS LOMBOK
BEBALUNG MASAKAN KHAS LOMBOK
Banyak yang mengira Bebalung adalah
makanan seperti halnya gulai atau soto daging. Sekilas memang wujudnya
mirip dengan makanan-makanan itu, namun Bebalung justru mempunyai makna
alias arti yang berbeda dengan yang banyak dipikirkan oleh orang
kebanyakan. Makanan khas Lombok ini dalam bahasa Sasak berarti “tenaga”.
Karenanya masyarakat setempat mengartikan setelah makan Bebalung akan
semakin bertenaga dan menumbuhkan vitalitas. Menarik bukan?
Bebalung
terbuat dari tulang iga sapi atau kerbau yang dicampur dengan racikan
bumbu yang terdiri dari cabe rawit, bawang putih, bawang merah,
lengkuas, dan kunyit ditambah jahe agar rasa pedas cabenya memiliki ciri
khas tersendiri. Selain itu tambahkan sedikit garam dan asam agar
masakan lebih awet. Racikan bumbu semacam ini oleh masyaralat Sasak
disebut sebagai ragi rajang. Cara membuatnya pun sangat sederhana.
Tulang iga atau tulang ekor sapi atau kerbau dipotong sesuai selera.
Setelah dibersihkan dan direbus hingga matang dan dagingnya empuk,
barulah dicampur dengan racikan bumbu yang telah dihaluskan dan ditumis.
Bumbu dan bahan baku Bebalung yang telah matang ini direbus kembali
sekitar 30 menit agar bumbunya meresap ke dalam daging.
Penyajian Bebalung biasanya dengan
mangkok dan ditaburi bawang merah goreng berikut dengan nasi putih. Bagi
penyuka pedas, bisa ditambahkan sambal. Bebalung paling enak
dihidangkan saat masih panas. Masakan ini semakin enak jika disantap
bersamaan dengan Plencing. Itu mengapa sering disebut dengan Bebalung
Plencing. Perut keroncongan plus sajian yang menarik ini pasti membuat
hasrat makan Anda memuncak.
Langganan:
Postingan (Atom)